Namun dilansir dari Fox News, studi ini juga melibatkan kategori pasien yang tidak vaksinasi atau belum vaksinasi penuh serta pasien dengan vaksinasi parsial untuk dianalisis.
Proses analisis juga memperhitungkan waktu mereka rawat inap di rumah sakit, usia, jenis kelamin, ras, masalah kesehatan mendasar dan indeks kerentanan sosial.
Para peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk membandingkan karakteristik 179 pasien yang rawat inap dan 285 pasien kontrol, termasuk termasuk tes chi-square Pearson atau tes rank-sum Wilcoxon dan efektivitas vaksin terhadap pasien rawat inap.
Mereka juga memperhitungkan tanggal masuk rumah sakit, usia, jenis kelamin, ras atau etnis, masalah kesehatan mendasar dan indeks kerentanan sosial.
Hasilnya, pasien virus corona yang rawat inap lebih sering tinggi dan cakupan vaksinasi hanya 3 persen. Sedangkan, pasien virus corona dalam kelompok kontrol tinggal di wilayah yang cakupan vaksinasinya mencapai 33 persen.
Selain itu, diabetes juga merupakan masalah kesehatan paling umum di antara pasien virus corona yang rawat inap. Sedangkan, gangguan neurologis dan neuromuscular lebih umum dialami pasien dalam kelompok kontrol.
Sementara, uji klinis menemukan tingkat kemanjuran vaksin Pfizer di antara orang usia 12-15 tahun. Tapi, CDC mengatakan hasil uji klinis itu tidak memperhitungkan tingkat kemanjuran vaksin Pfizer bagi pasien yang dirawat di rumah sakit.