Benarkah Vaksinasi Covid-19 Bisa Sebabkan MIS-C pada Remaja? Ini Temuan Peneliti

Jum'at, 25 Februari 2022 | 09:13 WIB
Benarkah Vaksinasi Covid-19 Bisa Sebabkan MIS-C pada Remaja? Ini Temuan Peneliti
Ilustrasi virus corona Covid-19, vaksin Covid-19 (Pixabay/educadormarcossv)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Laporan dari Lancet menemukan orang usia 12-20 tahun telah melaporkan beberapa kasus sindrom inflamasi multi-sistem atau MIS-C, di mana sistem kekebalan tubuh menjadi overdrive setelah vaksinasi.

Laporan tersebut mencatat MIS-C adalah kondisi langka yang dapat terjadi 2 hingga 6 minggu setelah infeksi virus corona Covid-19.

Pasien dengan MIS-C biasanya mengeluhkan demam dan menunjukkan gejala keterlibatan multi-organ dengan peradangan sistemik.

"Pasien dengan MIS-C biasanya mengalami demam terus-menerus, sakit perut, muntah, diare, ruam kulit, lesi mukokutan dan hipotensi serta syok dalam kasus yang parah," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dikutip dari Fox News.

Badan tersebut menambahkan MIS-C mungkin terjadi berminggu-minggu setelah seorang anak terinfeksi virus corona Covid-19.

Vaksin Covid-19, vaksinasi (cottonbro dari Pexels)
Vaksin Covid-19, vaksinasi (cottonbro dari Pexels)

Anak itu mungkin telah terinfeksi dari kontak tanpa gejala. Dalam beberapa kasus, seorang anak mungkin juga tidak sadar telah terinfeksi.

Kondisi ini pertama kali dikenali pada April 2020, yang mana 5.973 kasus MIS-C dilaporkan ke CDC antara Mei 2020 hingga November 2021.

Penulis penelitian berhipotesis penyakit berkembang karena respons imun hiperaktif terhadap infeksi virus corona pada pasien yang memiliki kecenderungan genetik untuk sindrom tersebut.

Tetapi, penelitian tersebut menyelidiki apakah sindrom tersebut juga terjadi setelah vaksinasi.

Baca Juga: Varian Omicron Bisa Picu Komplikasi Parah Usai Pulih, Ini Daftarnya!

Studi ini menganalisis Sistem Pelaporan Kejadian Buruk Vaksin CDC untuk kasus potensial MIS-C setelah vaksinasi dari 14 Desember 2020 hingga 31 Agustus 2021 pada individu yang berusia 1220 tahun, yang mana 21 orang dengan rata-rata usia 16 tahun berisiko mengalami inflamasi tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI