Temuan tersebut mengarah pada hipotesis baru bahwa long Covid-19 pada beberapa orang terjadi akibat sistem kekebalan yang terlalu tertekan, bukan hiperaktif.
Para peneliti menyarankan, peran kompleks untuk CCR5 dalam menyeimbangkan efek inflamasi dan anti-inflamasi, misalnya melalui sel pengatur T.
Juru bicara Infectious Diseases Society of America Dr. Aaron Glatt, yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut, mengomentari temuan itu. Menurutnya, studi pendahuluan ini menyajikan informasi baru yang menarik mengenai sindrom jarak jauh Covid-19.
"Pada saat ini, pemahaman kita tentang patogenesis long Covid-19 masih belum jelas. Studi ini mendukung dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki mekanisme potensial yang berbeda," ujarnya.
Sementara itu, penulis penelitian mengakui kalau hasil studi masih perlu dikonfirmasi dalam penelitian yang lebih besar dan lebih definitif.
Juga dicatat dalam rilis bahwa penelitian UCLA ini didanai oleh pembuat Leronlimab CytoDyn Inc. dan dilakukan oleh para peneliti yang dipekerjakan sebagai konsultan perusahaan.