Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus cacar monyet telah meningkat hingga lebih dari 6.000 kasus tersebar di 58 negara non endemik.
Pada pertemuan 27 Juni 2022, WHO telah memutuskan untuk tidak menyatakan wabah cacar monyet ini sebagai darurat kesehatan global.
Namun baru-baru ini, mereka mulai membicarakan apakah infeksi monkeypox harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan atau tidak.
Skala penyebaran virus dinilai telah mengkhawatirkan dan sangat mungkin ada lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Baca Juga:Ngeri! Kanada Laporkan Lebih 200 Kasus Cacar Monyet
Jika benar, maka jumlah infeksi sebenarnya secara global bisa jauh lebih tinggi dari 6.000 kasus. Di sisi lain, pemeriksaan terhadap cacar monyet juga tetap menjadi tantangan, lapor The Health Site.

Pengumuman WHO
Badan Kesehatan PBB ini akan mengadakan lagi pertemuan komite untuk memberi saran untuk menyatakan wabah sebagai darurat kesehatan global. Itu adalah tingkat kewaspadaan tertinggi WHO.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan rencananya pertemuan akan dimulai pada 18 Juli atau lebih cepat.
Pembaruan kasus cacar monyet
Baca Juga:WHO Khawatir Penularan Cacar Monyet ke Wanita Hamil, Mengapa?
Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan kasus cacar monyet pertama. Sebanyak 80 persen kasus cacar monyet berasal dari Eropa dan jumlahnya masih terus meningkat.
Sementara Kanada juga melaporkan 101 kasus monkeypox yang dikonfirmasi Senin (4/7/2022).
Gejala cacar monyet yang dialami pasien berupa ruam, lesi oral atau genital, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, demam, menggigil, mialgia, dan kelelahan.