Tekan Angka Kematian pada Bayi, Mencegah Infeksi Virus RSV Harus Jadi Prioritas

Iman Firmansyah Suara.Com
Senin, 01 Juli 2024 | 12:00 WIB
Tekan Angka Kematian pada Bayi, Mencegah Infeksi Virus RSV Harus Jadi Prioritas
Ilustrasi bayi (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam hal ini, Prof Rina juga menyebut kalau pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia tentang bahaya penyakit yang disebabkan oleh RSV pun umumnya masih rendah, termasuk orang tua dengan anak yang berisiko tinggi terhadap RSV. Salah satu parameter yang mudah diukur adalah dengan melihat google trend di Indonesia dengan kata kunci “infeksi RSV” dan “Pneumonia” sebagai salah satu outcome dari RSV.

“Bisa dilihat bahwa masih sedikit masyarakat yang mengaitkan RSV dengan Pneumonia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terbatasnya informasi yang bisa diakses dan kurangnya kampanye edukasi publik terkait infeksi RSV,” ungkap Prof Rina.

Prof Rina mengatakan bahwa sampai saat ini tidak ada pengobatan definitif untuk infeksi RSV (hanya terapi suportif).² Maka itu, pencegahan merupakan upaya yang paling penting untuk dilakukan. Urgensi mengenai pencegahan infeksi RSV perlu dilakukan, terutama untuk pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi RSV yang berat.

Menurut Prof Rina, Pemerintah harus berupaya meningkatkan awareness, khususnya untuk pasien dengan risiko tinggi dan juga dampak jangka panjang yang ditimbulkan. “Hal ini bisa berupa kampanye disease awareness, dan juga edukasi berkelanjutkan dari segara lapisan pemangku kepentingan, baik tenaga medis (dokter), masyarakat, pemerintah, dan lainnya,” ia menambahkan.

Selain itu, lanjut Prof Rina, pemerintah juga dapat berupaya untuk meningkatkan akses diagnostik untuk pemeriksaan virus, khususnya RSV. Sehingga kasus LRTI akibat RSV bisa diketahui dengan optimal, sehingga baik dokter maupun orang tua aware bahwa virus RSV ini berdampak. “Selanjutnya, upaya dari segi treatment (suportif treatment). Memastikan bahwa pasien yang mengalami dampak parah akibat RSV dapat tertangani dengan baik,” tegasnya.

“Pada bayi prematur dan kelompok risiko tinggi lainnya, selain membatasi penularan dan penyebaran RSV dengan perilaku hidup bersih dan sehat, perlu dipertimbangkan pemberian imunoprofilaksis atau profilaksis/pencegahan menggunakan antibodi monoklonal spesifik RSV (Palivizumab).  Penggunaan mAb spesifik untuk mencegah RSV ini sudah diterapkan di negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Australia, Jepang dan lainnya. Kemudian untuk tetap memproteksi dari bahaya pneumonia, dapat dilanjutkan dengan vaksin lainnya, sesuai jadwal Imunisasi yang ada.20” pungkas Prof Rina.

Untuk diketahui, RSV merupakan infeksi yang utamanya menyerang sistem pernafasan, menyebabkan berbagai gejala mulai dari gejala ringan seperti flu hingga gangguan pernafasan yang lebih parah, terutama pada populasi rentan seperti bayi, anak kecil, dan orang dewasa lanjut usia.

RSV sangat menular dan menyebar terutama melalui tetesan pernafasan. Ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, tetesan kecil yang mengandung virus dapat terlepas ke udara dan kemudian terhirup oleh orang lain. Virus ini juga dapat bertahan hidup di permukaan benda selama beberapa jam, sehingga penularan tidak langsung dapat terjadi melalui kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi.

Baca Juga: Ungkap Keterangan Saksi Kunci, Kapolda Sumbar: Tidak Benar Afif Tewas Dianiaya Polisi Lalu Dibuang ke Bawah Jembatan!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI