Tips Memilih Pola Asuh Anak yang Tepat ala Psikolog Kondang Bunda Romy

Jum'at, 25 April 2025 | 20:31 WIB
Tips Memilih Pola Asuh Anak yang Tepat ala Psikolog Kondang Bunda Romy
Psikolog Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi di Jakarta Selatan, Selasa (22/4/2025). (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Suara.com - Paparan media sosial membuat orang tua bingung memilih pola asuh yang tepat untuk buah hatinya. Tapi ternyata, menurut psikolog kondang Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., gaya parenting yang tepat adalah yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Alih-alih memilih salah satu pola asuh anak seperti otoriter yang berfokus pada aturan ketat, egaliter yang menempatkan posisi anak dan orang tua setara, atau permisif, yaitu memberikan kebebasan pada anak, psikolog yang akrab disapa Bunda Romy itu mengatakan semua pola asuh bisa dikombinasikan, dengan cara menyesuaikan situasi dan kondisi.

"Kita harus belajar bahwa setiap anak kita nggak sama. Pola asuh bisa otoriter, atau yang satu egaliter, lalu bisa juga dengan pola asuh mengemukakan pendapatnya (permisif). Lalu pola asuh yang tepat seperti apa? Pola asuh yang tepat itu sesuai dengan situasi dan kondisinya," ujar Bunda Romy dalam acara kampanye Your Choice, The Future oleh Morinaga di Jakarta Selatan, Selasa (22/4/2025).

Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia ini mengatakan, konsep 1.000 hari pertama kehidupan anak tidak hanya dilihat dari sudut pandang gizi dan nutrisi, tapi juga dari aspek perilaku. Menurut Bunda Romy, dalam 1.000 hari pertama kehidupan, anak akan menyerap dan belajar secara langsung dari orang tuanya.

Ilustrasi pola asuh anak (Karen Salmansohn / NotSalmon.com)
Ilustrasi pola asuh anak (Karen Salmansohn / NotSalmon.com)

“Terutama di periode emas 1.000 Hari Pertama Kehidupan, anak-anak membutuhkan stimulasi yang tepat sesuai dengan tahapan tumbuh kembang mereka. Setiap pilihan yang diambil orang tua, baik dalam memberikan pendidikan maupun kegiatan yang merangsang potensi anak, akan membentuk masa depan mereka. Ini adalah langkah awal untuk mencapai potensi terbaik anak,” ungkapnya.

Inilah mengapa proses menanamkan nilai dan perilaku orang tua akan diserap anak dengan sangat cepat, selaiknya spons terhadap air. Karena itu, ia menyarankan agar keluarga memberikan pengalaman psikologis yang baik sejak dari rumah.

"Kalau dari teori, manusia lingkaran paling kecil adalah keluarga. Apa pun yang terjadi di 1.000 hari pertama di keluarga dan orang tua, anak akan mengobservasi semua informasi awal. Awalnya semua dari orang tua, menyerap semua pengalaman itu ke dalam otak," jelas Bunda Romy.

Perempuan yang dikenal ahli dalam bidang Moral, Psikologi Sekolah, dan Psikologi Anak Usia Dini juga menyarankan agar anak siap mental menghadapi tantangan masa depan, maka orang tua wajib memahami buah hatinya.

"Orang tua harus paling tahu tentang anaknya. Apa yang dia jadikan masalah, apa kesulitannya dan sebagainya. Dengan dia tahu tentang anaknya, dia jadi tahu juga bagaimana mengantisipasi masalah si anak," ungkapnya.

Baca Juga: Dapat Tawaran Menggoda Jadi Aspri Hotman Paris, Paula Verhoeven Diingatkan Soal Martabat

Tak hanya itu, agar di masa depan anak terhindar dari overthinking atau ketakutan terhadap masa depan, sebaiknya orang tua menghindari melihat masalah yang dihadapi anak dari perspektif orang dewasa, tapi lihatlah dari sudut pandang anak.

"Yang bagi orang tua tidak masalah, mungkin bagi anak jadi masalah. Makanya kita harus kemudian membantu anak seperti itu," katanya.

Selain dukungan psikologis agar anak terhindar dari overthinking, Health Communicator Kalbe Nutritionals, dr. Muliaman Mansyur, mengatakan asupan nutrisi untuk perkembangan otak anak juga perlu ditunjang agar daya pikirnya bisa berkembang dan terlatih dengan baik.

"Ini akan menjadi masa yang sangat krusial bagi pertumbuhan Si Kecil. Nutrisi yang optimal akan mendukung perkembangan otak, kekuatan fisik, dan kemampuan anak dalam menghadapi tantangan di masa depan. Setiap pilihan nutrisi yang diberikan orang tua berpengaruh pada kesehatan dan kesiapan mereka untuk menjalani hidup, karena waktu tidak bisa kembali," terang dr. Muliaman.

Terakhir, Bunda Romy juga berpesan bahwa karena sekolah pertama anak adalah orang tua, maka sebaiknya membatasi informasi yang sampai ke anak. Apalagi di era media sosial yang sangat sulit untuk membatasi arus informasi, hal ini bisa mengganggu pola asuh anak.

"Informasi yang masuk begitu banyak, nggak bisa dipilah, sehingga harus hati-hati dalam kemudian mencerna semua informasi itu. Nggak semua informasi itu oke," pungkas Bunda Romy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI