Kenali Dini Kanker Paru, Skrining Lebih Awal Bisa Menyelamatkan Hidup

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 06 Mei 2025 | 19:46 WIB
Kenali Dini Kanker Paru, Skrining Lebih Awal Bisa Menyelamatkan Hidup
Ilustrasi kanker paru (Freepik/freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dr. Jamal Zaini, Ph.D, Sp.P.K.R, Subsp. Onk.T. (K) – Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Subspesialis Onkologi Toraks, menyebut beberapa faktor yang emicu kanker paru, meliputi riwayat merokok, paparan zat karsinogenik, usia, serta riwayat kanker dalam keluarga.

"Bagi individu dengan faktor-faktor risiko ini, disarankan untuk melakukan skrining rutin sedini mungkin guna mendeteksi kanker paru pada tahap awal,” kata dr. Jamal.

Dr. Jamal Zaini, Ph.D, Sp.P.K.R, Subsp. Onk.T. (K) (dok. AstraZeneca)
Dr. Jamal Zaini, Ph.D, Sp.P.K.R, Subsp. Onk.T. (K) (dok. AstraZeneca)

“Salah satu metode skrining yang direkomendasikan adalah Low-Dose Computed Tomography (LDCT), yang dapat membantu menurunkan angka kematian akibat kanker paru, terutama pada kelompok berisiko tinggi. LDCT mampu mendeteksi kelainan pada paru sejak dini dan dalam ukuran sangat kecil, bahkan sebelum munculnya gejala, sehingga memungkinkan intervensi lebih cepat dan peluang kesembuhan lebih besar,” lanjut dr. Jamal.

Dua studi besar mendukung efektivitas LDCT: National Lung Screening Trial (NLST) di Amerika Serikat mencatat penurunan kematian sebesar 20% dibanding rontgen dada biasa, sementara NELSON Trial di Eropa mencatat penurunan hingga 24% pada pria dan 33% pada wanita dalam periode 10 tahun dengan skrining tahunan.

Berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, skrining menggunakan LDCT dianjurkan setiap dua tahun bagi individu berusia 45 tahun ke atas yang memiliki riwayat merokok berat, baik yang masih merokok maupun yang telah berhenti dalam 10 tahun terakhir, perokok pasif serta mereka yang memiliki riwayat pajanan karsinogenik. Bagi individu dengan riwayat genetik kanker dalam keluarga, skrining disarankan dimulai lebih awal, yaitu pada usia 40 tahun.

Tes EGFR: Menentukan Terapi yang Lebih Tepat untuk Pasien Kanker Paru

Kanker paru secara umum terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC).

NSCLC merupakan jenis yang paling umum, mencakup sekitar 85% dari seluruh kasus kanker paru, dan terdiri dari beberapa subtipe seperti adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.

Sementara itu, SCLC mencakup sekitar 10–15% kasus, dikenal lebih agresif karena pertumbuhannya yang cepat dan sering dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Sisanya merupakan tumor paru lain yang langka ditemukan.

Baca Juga: Kanker Payudara Masih Mengintai: Deteksi Dini dan Kolaborasi Terpadu Jadi Harapan Baru

Dr. Jamal menjelaskan, “Jika hasil skrining menunjukkan indikasi kanker, pasien akan disarankan menjalani biopsi untuk memastikan keganasan dan jenis kankernya. Jika teridentifikasi sebagai NSCLC adenokarsinoma, maka tes biomolekuler seperti
EGFR sangat dianjurkan untuk menentukan terapi yang paling efektif.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI