Diagnosis Prenatal Bantu Orang Tua Deteksi Dini Down Syndrome, Ini Penjelasan Dokter

Rabu, 21 Mei 2025 | 16:07 WIB
Diagnosis Prenatal Bantu Orang Tua Deteksi Dini Down Syndrome, Ini Penjelasan Dokter
Foto ilustrasi Diagnosis Prenatal untuk ibu hamil. (ANTARA/HO-baona dari iStockphoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelahiran anak merupakan momen yang sangat dinantikan oleh setiap orang tua. Namun, bagi sebagian calon orang tua, ada kekhawatiran terkait kondisi kesehatan janin, termasuk risiko kelainan genetik seperti down syndrome.

Dalam konteks inilah diagnosis prenatal menjadi langkah penting yang tak hanya memberikan kepastian medis, tetapi juga harapan dan perencanaan terbaik bagi masa depan anak.

Down syndrome adalah salah satu kelainan kromosom paling umum yang terjadi akibat kelebihan kromosom 21.

Kondisi ini berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif anak, namun dengan penanganan tepat sejak dini, anak dengan down syndrome tetap dapat tumbuh dengan kualitas hidup yang baik.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa kondisi ini dapat dideteksi sejak masa kehamilan.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fetomaternal di Women’s Health Center Bethsaida Hospital, dr Reza Tigor Manurung, Sp.OG, Subsp.KFM, menjelaskan bahwa diagnosis prenatal berperan penting dalam mendeteksi potensi kelainan pada janin, termasuk down syndrome.

Diagnosis prenatal merupakan langkah penting bagi calon orang tua untuk memastikan kondisi kesehatan janin sejak dini,” kata dr Reza dikutip dari ANTARA pada Rabu (21/5/2025).

Menurutnya, kemajuan teknologi medis saat ini memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelainan kromosom jauh sebelum bayi lahir.

Dalam hal ini, diagnosis prenatal bukan sekadar prosedur medis, tetapi juga sebuah bentuk kesiapan emosional dan logistik dari orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak.

Baca Juga: 7 Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil Rekomendasi Tasya Farasya

“Diagnosis prenatal bukan hanya tentang mendeteksi masalah, tetapi juga memberikan kesempatan bagi calon orang tua untuk merencanakan yang terbaik,” tambah dr Reza.

Down syndrome, yang dapat terdeteksi melalui diagnosis prenatal, adalah salah satu dari beberapa kelainan kromosom yang dapat diketahui lebih awal. Selain itu, kondisi seperti cacat jantung, spina bifida, dan cystic fibrosis juga bisa dideteksi lewat pemeriksaan ini.

Ada berbagai tahapan pemeriksaan diagnosis prenatal, masing-masing memiliki waktu ideal untuk dilakukan guna memperoleh hasil yang lebih akurat.

Salah satu metode yang dapat membantu mendeteksi risiko down syndrome adalah tes skrining pada trimester pertama, yang dilakukan pada usia kehamilan 11 hingga 13 minggu. Tes ini menilai risiko kelainan kromosom termasuk trisomi 21 (down syndrome).

Selain itu, teknologi terbaru seperti Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT) kini juga banyak digunakan. Tes ini dapat dilakukan sejak usia kehamilan 10 minggu dengan hanya mengambil sampel darah ibu.

DNA janin yang terdapat dalam darah ibu dianalisis untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan kromosom. Dengan tingkat akurasi yang tinggi, NIPT menjadi salah satu metode skrining yang sangat direkomendasikan terutama bagi ibu hamil berisiko tinggi.

Prosedur diagnosis lainnya seperti amniosentesis dan Chorionic Villus Sampling (CVS) digunakan untuk konfirmasi lebih lanjut apabila hasil skrining menunjukkan risiko tinggi. Amniosentesis dilakukan setelah usia kehamilan 15 minggu, sedangkan CVS dilakukan lebih awal, yakni pada usia 10 hingga 13 minggu.

Meskipun demikian, dr Reza menekankan bahwa setiap metode memiliki manfaat dan keterbatasannya masing-masing. Oleh karena itu, penting bagi calon orang tua untuk berdiskusi secara terbuka dengan dokter mengenai pilihan pemeriksaan yang sesuai.

"Keputusan untuk menjalani diagnosis prenatal sangat personal dan bergantung pada banyak faktor," katanya.

Ia menambahkan bahwa kondisi tertentu seperti usia ibu di atas 35 tahun, riwayat keluarga dengan kelainan genetik, atau adanya temuan tidak normal dalam USG, menjadi indikator yang membuat diagnosis prenatal semakin penting.

"Risiko dan manfaat dari setiap pemeriksaan perlu dipertimbangkan dengan matang," lanjutnya.

Selain akurasi tes, calon orang tua juga perlu memahami potensi hasil positif palsu atau negatif palsu, serta dampak psikologis yang mungkin timbul dari proses pemeriksaan ini.

Dalam hal ini, konseling genetika dapat menjadi langkah pendamping yang sangat berguna untuk membantu orang tua membuat keputusan yang tepat.

Diagnosis prenatal tidak hanya menjadi pintu masuk untuk deteksi dini, tetapi juga sebagai bentuk kesiapan menyambut anak dengan segala kondisi yang mungkin dimilikinya.

Dalam konteks down syndrome, diagnosis dini membuka jalan bagi intervensi yang lebih cepat, edukasi bagi keluarga, serta penyiapan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.

Dengan pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, calon orang tua kini memiliki lebih banyak pilihan dan kendali dalam menentukan langkah terbaik untuk masa depan buah hatinya—termasuk jika mereka dikaruniai anak dengan down syndrome.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI