Rehabilitasi Pasca-Stroke: Fase Krusial untuk Mencegah Disabilitas dan Mengembalikan Harga Diri

Dinda Rachmawati Suara.Com
Senin, 16 Juni 2025 | 06:31 WIB
Rehabilitasi Pasca-Stroke: Fase Krusial untuk Mencegah Disabilitas dan Mengembalikan Harga Diri
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stroke masih menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan orang harus menghadapi kenyataan kehilangan fungsi tubuh sebagian atau bahkan sepenuhnya akibat serangan stroke

Namun, banyak dari mereka yang belum memahami bahwa masa kritis pemulihan sebenarnya dimulai setelah fase akut di rumah sakit. Pemulihan pasca-stroke bukan sekadar mengembalikan fungsi fisik, tetapi juga memulihkan harga diri, kemandirian, dan kualitas hidup secara menyeluruh.

Melihat tantangan besar ini, Bethsaida Healthcare menghadirkan sebuah terobosan baru melalui pembukaan Stroke Assisted Living Center (SALC) di Moriah Pavillion, Bethsaida Hospital Gading Serpong. 

SALC menjadi pusat rehabilitasi pertama di Indonesia yang terintegrasi langsung dengan fasilitas rumah sakit, sehingga mampu menghadirkan layanan yang aman, nyaman, dan holistik bagi para penyintas stroke.

Mengapa Rehabilitasi Pasca-Stroke Itu Sangat Krusial?

Menurut dr. Raymond Posuma, Sp.KFR, MS (K), FIPM (USG), Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Bethsaida Hospital, stroke tidak hanya memengaruhi kemampuan fisik seperti berjalan atau berbicara, tetapi juga memengaruhi fungsi kognitif, emosi, hingga kepercayaan diri pasien. 

"Tanpa intervensi rehabilitasi yang tepat, 8 dari 10 penyintas stroke berisiko kehilangan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Karena itu, pemulihan pasca-stroke harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan," jelas dia.

Rehabilitasi bukan hanya soal latihan fisik untuk memulihkan gerakan tubuh, tetapi juga untuk mengaktifkan kembali sistem saraf yang terganggu, melatih ulang fungsi otak, serta membangun kembali rasa percaya diri pasien. 

Inilah yang menjadi perhatian utama SALC, dengan menghadirkan program yang menyeluruh, mulai dari fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, hingga dukungan psikologis.

Baca Juga: Stadion GBK Makin Ramah Disabilitas, Tuai Pujian di Laga Timnas Indonesia vs China

Konsep Holistik SALC: Lebih dari Sekadar Perawatan Medis

SALC mengusung filosofi “Live The Life Together” yang menekankan pentingnya pemulihan yang tidak hanya fokus pada fisik, tetapi juga pada aspek sosial dan emosional pasien. 

Prof. dr. Hananiel P. Wijaya, MM, M.Sc, CIA, selaku CEO Bethsaida Healthcare, menegaskan bahwa SALC hadir sebagai rumah kedua bagi pasien. Tempat ini dirancang agar pasien dapat belajar kembali, bangkit, dan menjalani hidup dengan kualitas yang layak, bukan hanya sekadar bertahan hidup.

"Salah satu keunggulan SALC adalah akses langsung ke fasilitas medis Bethsaida Hospital, sehingga memberikan rasa aman bagi pasien dan keluarga," tambah Prof. Hananiel.

Di samping layanan residensial penuh, tersedia juga program daycare, program dengan pendamping, dan sesi interaktif seperti melukis, merangkai bunga, atau aktivitas komunitas yang bertujuan membangkitkan semangat dan rasa berdaya pada pasien.

Peran Intervensi Sosial dalam Rehabilitasi Stroke

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI