Suara.com - Rumah singgah bagi pasien anak maknanya bukan hanya simbolis—tapi nyata. Di balik setiap senyum anak yang sedang sakit, ada perjuangan panjang orang tua yang ingin tetap mendampingi. Namun, tak semua keluarga mampu tinggal dekat rumah sakit, terutama mereka yang datang dari luar kota.
Untuk itulah, rumah singgah hadir sebagai solusi—sebagai tempat bernaung, tempat menguatkan, dan tempat kembali pulih bersama.
Untuk mendukung misi mulia ini, sebanyak 22 pelari Indonesia siap mengikuti World Marathon Majors 2025 di London, Sydney, Chicago, dan Valencia. Mereka tidak hanya berlari untuk menaklukkan jarak, tapi juga untuk menggalang dana dan menyuarakan pentingnya rumah singgah bagi pasien anak.
Setiap langkah mereka adalah bagian dari perjuangan menghadirkan ruang aman bagi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit serius.
Buat sebagian orang, berlari adalah bagian dari rutinitas. Buat yang lain, ini soal tantangan pribadi. Tapi bagi segelintir orang, lari bisa jadi bentuk nyata dari empati—sebuah aksi kecil yang berdampak besar.
Tahun 2025 ini, 22 pelari asal Indonesia memutuskan untuk menjadikan marathon sebagai medium harapan. Mereka tak hanya mengejar garis finish, tapi membawa serta misi kemanusiaan untuk anak-anak Indonesia yang tengah berjuang melawan penyakit serius.
Lewat ajang World Marathon Majors 2025, para pelari tersebut mengajak publik untuk berlari bukan cuma demi personal best, tapi demi membangun masa depan yang lebih baik—satu langkah, satu napas, satu anak dalam doa.
Para pelari ini berlari untuk mendukung pembangunan Rumah Singgah ke-4 milik Yayasan RMHC Indonesia di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat.
Rumah ini akan menjadi tempat tinggal sementara bagi keluarga pasien anak yang dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita, RSAB Harapan Kita, dan RS Dharmais—rumah-rumah sakit rujukan nasional bagi penyakit berat seperti kanker dan jantung bawaan.
Baca Juga: Apakah Sepatu Jalan Kaki Bisa Buat Lari? Ini 5 Sepatu Multifungsi yang Direkomendasikan
Selama 2022–2023, lebih dari 9.000 anak dengan penyakit jantung bawaan menjalani pengobatan di Jakarta. Sayangnya, 91% di antaranya berasal dari luar Pulau Jawa, dan banyak keluarga harus bertahan tanpa tempat tinggal layak selama masa pengobatan.
Di sinilah pentingnya keberadaan rumah singgah—bukan sekadar tempat beristirahat, tapi ruang yang memberi harapan.
Menurut Ketua Yayasan RMHC Indonesia, Caroline Djajadiningrat, pada Selasa (8/7/2025), “Setiap langkah para pelari kami adalah simbol dari langkah menuju masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia. Kami ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya kebersamaan dan dukungan bagi keluarga yang sedang menghadapi masa sulit.”
Musisi Sheryl Sheinafia, salah satu peserta yang akan berlaga di Chicago Marathon, menyampaikan, “Saya percaya, setiap anak yang sakit berhak ditemani keluarganya. Setiap langkah saya adalah doa dan harapan untuk mereka.”
Sementara itu, Mohammad Daffa Wardana, public figure yang akan tampil di Sydney Marathon, menyebut keikutsertaannya sebagai bentuk kepedulian untuk menciptakan ruang yang penuh kasih dan harapan.
Lebih dari sekadar event olahraga, kampanye ini menjadi cara baru menghubungkan dunia maraton dengan nilai-nilai kemanusiaan.