Operasi Whipple: Dari Mimpi Buruk Jadi Harapan Baru Kanker Pankreas?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Rabu, 16 Juli 2025 | 08:00 WIB
Operasi Whipple: Dari Mimpi Buruk Jadi Harapan Baru Kanker Pankreas?
Ilustrasi Kanker Pankreas (Dok. Freepik)

Suara.com - Kanker pankreas dikenal sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia, bukan karena yang paling agresif, tetapi karena penyakit ini terlalu tenang di awal. 

Gejala seperti nyeri perut atas, penurunan berat badan, atau penyakit kuning sering kali baru muncul ketika penyakit sudah melangkah jauh. Dan ketika itu terjadi, waktu sudah tak lagi berpihak.

Namun di tengah ketidakpastian ini, ada satu prosedur medis yang memberi celah bagi harapan, operasi Whipple, atau pancreaticoduodenectomy.

Yang tak banyak diketahui, kini operasi besar ini bisa dilakukan dengan pendekatan minimal invasif, berkat teknologi laparoskopi.

"Whipple adalah pilihan utama jika kanker pankreas masih berada di area kepala pankreas dan belum menyebar," jelas dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD, Konsultan Bedah Digestif dari Bethsaida Hospital Gading Serpong.

Dari Operasi Besar ke Sayatan Kecil

Selama ini, operasi Whipple dikenal sebagai prosedur besar dan menakutkan, karena melibatkan pengangkatan kepala pankreas, duodenum, sebagian saluran empedu, dan kantong empedu. 

Namun kemajuan dunia medis telah membawa angin segar Whipple kini tak lagi harus selalu dilakukan secara terbuka.

"Di Bethsaida Hospital, kami menyediakan dua metode, yaitu open surgery dan laparoskopi. Bagi pasien yang memenuhi kriteria, pendekatan laparoskopi bisa menjadi pilihan yang jauh lebih nyaman, dengan hasil yang tetap optimal,” jelas dr. Eko.

Baca Juga: Siap-siap Kena Hunting, Ini Daftar 'Dosa' di Jalan yang Diincar Polisi Saat Operasi Patuh Jaya 2025

Dengan laparoskopi, sayatan besar digantikan oleh beberapa lubang kecil di perut. Operasi dilakukan dengan bantuan kamera dan alat khusus. Hasilnya? Risiko infeksi lebih rendah, perdarahan lebih minim, dan pemulihan jauh lebih cepat.

Isu Tak Biasa: Operasi Kompleks, Tapi Lebih Nyaman?

Bayangkan, operasi sebesar Whipple, yang dulu memaksa pasien dirawat berminggu-minggu dengan luka besar di perut, kini bisa dilakukan secara "ramah tubuh".

Ini bukan soal kemewahan teknologi, tetapi tentang mengembalikan rasa aman dan nyaman di tengah situasi sulit. Yang jarang dibahas, pendekatan seperti ini juga punya dampak psikologis besar bagi pasien. 

Dalam dunia onkologi, rasa sakit, trauma operasi, dan ketakutan menghadapi masa pemulihan bisa sama beratnya dengan kanker itu sendiri.

Holistik, Bukan Hanya Bedah

Lebih dari itu, Bethsaida Hospital tidak hanya berfokus pada prosedur operasi semata. Mereka menerapkan pendekatan terintegrasi, dari evaluasi sebelum operasi hingga pendampingan pascaoperasi yang ketat.

“Penanganan pasien di Bethsaida dilakukan secara menyeluruh, mulai dari evaluasi pra-operasi, tindakan bedah dengan teknologi terkini, hingga pemulihan pasca operasi yang terpantau dengan baik,” ungkap dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong.

Menurutnya, menghadapi kanker pankreas tak bisa dilakukan secara terburu-buru atau setengah hati. Dibutuhkan tim spesialis, teknologi canggih, serta sistem pemantauan yang siap siaga hingga pasien kembali pulih secara menyeluruh, bukan hanya secara klinis, tapi juga mental dan sosial.

Kanker Pankreas Tak Lagi Selalu Vonis Mati

Meskipun kanker pankreas masih menjadi tantangan berat dalam dunia medis, langkah-langkah seperti pendekatan laparoskopi dan manajemen terpadu telah membuka harapan baru. 

Whipple bukan lagi sekadar operasi penyelamatan, tapi bisa menjadi pintu masuk menuju kualitas hidup yang lebih baik, asalkan ditangani di waktu yang tepat dan dengan metode yang sesuai.

Dan di balik teknologi canggih itu, sentuhan manusiawi dan perhatian mendalam terhadap kenyamanan pasien tetap menjadi fondasi utama kesembuhan.

“Kami tidak hanya ingin menyembuhkan penyakitnya, tapi juga memulihkan hidupnya,” tutup dr. Pitono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI