Edy sendiri akhirnya mundur dari Ketum PSSI pada Januari 2019 usai terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara (Sumut). Ia sebelumnya mundur karena mendapat tekanan publik setelah Timnas Indonesia gagal di Piala AFF 2018 serta makin menajamnya kasus pengaturan skor yang terjadi di tubuh PSSI.

Pensiunan jenderal bintang tiga ini kemudian meneruskan estafet kepemimpinannya kepada Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono. Alih-alih perbaikan, Joko Driyono kemudian disebut terlibat skandal pengaturan skor yang membuatnya dijebloskan ke penjara.
Jabatan Ketum PSSI kemudian berlanjut kepada Iwan Budianto yang menjadi Ketum PSSI sementara hingga akhirnya kembali digelar KLB pada November 2019 yang memunculkan nama Iwan Bule.
Saat Iwan Bule terpilih menjadi Ketum PSSI, harapan sepakbola Indonesia bisa berkembang. Namun sayang, ketika di tengah jalan, banyak pecinta sepakbola Indonesia yang pesimis.
Hal tersebut dipicu banyaknya baliho bergambar Iwan Bule bertebaran di sejumlah titik Kota Bandung hingga membuat publik berasumsi Iwan Bule akan mencalonkan diri pada Pilkada Jabar.
Meski tak sehebat tekanan untuk Eddy Rahmayadi, namun tetap saja hal itu menjadi perhatian publik. Puncaknya saat terjadi Tragedi Kanjuruhan yang membuat tekanan publik makin membesar untuk meminta jajaran PSSI mundur.
Bahkan menurut sumber Suara.com, Iwan Bule sempat menemui salah satu tokoh di Jawa Barat untuk meminta restu maju pilgub.
"Waktu itu sempat ke sini, mau minta restu. Tapi, dia (Iwan Bule) diminta untuk menyelesaikan dulu soal Kanjuruhan," ujarnya.
Batu Loncatan
Baca Juga: Pastikan PSSI Tak Dijadikan Kendaraan Politik 2024, DPR akan Pantau Kinerja Erick Thohir Day to Day
Fenomena batu loncatan seperti yang dilakukan Eddy Rahmayadi dan Iwan Bule menurut Akmal memang menunjukan sepakbola memiliki dampak signifikan dalam politik Indonesia.