"Saya bertemu beliau karena saya merasa bangsa ini butuh persatuan kaum nasionalis, butuh saling mendukung, butuh kebersamaan. Karena Indonesia 2024 ke sana adalah Indonesia yang harus dijaga bareng," kata Budiman.
Budiman bahkan menyatakan mewakafkan diri untuk mencairkan hubungan antara kelompok nasionalis yang berbeda pandangan.
Pengamat politik Adib Miftahul melihat manuver kedua kader PDIP itu dapat membuka peluang Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024. Dukungan dari dua tokoh penting di PDIP ini bisa menyuntik sumbangan elektoral cukup besar untuk Prabowo berkompetisi di Pemilu tahun depan.
"Saat Budiman Sudjatmiko bertemu Prabowo walaupun tidak secara mutlak terang-terangan, saya kira ini bentuk dukungan," kata Adib dalam keterangannya, Kamis (20/7/2023).
Sementara itu, pernyataan Effendi yang menyebut Indonesia memerlukan nahkoda handal seperti Prabowo sudah dapat diartikan secara jelas bahwa ia memberikan dukungan penuh untuk Prabowo.
"Seperti Effendi Simbolon, seperti Budiman Sudjatmiko, ini lebih mendukung Prabowo Subianto," ungkapnya.
Merujuk pada hasil survei di beberapa lembaga survei, nama Prabowo memang mengungguli dua rivalnya, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Dalam survei LSI periode 1 sampai 8 Juli 2023 yang melibatkan 1242 responden itu, Prabowo mendapatkan dukungan sebesar 46,5 persen dari para pemilih dalam kelompok usia kurang dari 21 tahun.
Selanjutnya diposisi kedua adalah Ganjar Pranowo dengan perolehan 35,7 persen dan terakhir Anies Baswedan mendapat 14,1 persen.
Baca Juga: Petaka Usai Pertemuan Budiman Sudjatmiko dan Prabowo, Tak Ada Kebebasan Dalam Politik?
Selain LSI, dalam hasil survei beberapa lembaga lainnya juga menunjukkan hasil elektabilitas Prabowo mengungguli dua rivalnya yang lain, yakni Ganjar dan Anies.