Adhika sendiri merupakan seorang sarjana lulusan Desain Komunikasi Visual di Binus University. Itu sebabnya desain simbol Bisindo hingga penamaan di Kopi Tuli pun dibuatnya sendiri.
Menurut dia, dunia tuli dan dunia dengar sangat berbeda sehingga Ia berharap simbol Bisindo yang dibubuhkannya di kemasan gelas kopinya bisa membuat dirinya dan pengunjung bertukar banyak informasi.
"Saya melihat pengunjung senang berkumpul dengan teman tuli karena dunia kami sangat berbeda. Ketika mereka menguasai Bisindo kami lebih mudah berbagi informasi," tambah dia.
![Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/07/16/46488-kedai-kopi-tuli.jpg)
Meski demikian Adhika mengakui bahwa ia dan teman-temannya pernah mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan pengunjung kedai kopinya. Namun Ia menyiasatinya dengan menyediakan menu minuman dengan simbol A, B, C, D, E, F, G, H, I untuk mempermudah pengunjung ketika akan memesannya. Misalnya ketika saya akan memesan Kosu Koso alias Es Kopi Susu, maka saya hanya tinggal menyebutkan abjad A pada Adhika.
"Kami juga bisa menggunakan kemampuan verbal atau dengan bantuan gestur tangan ketika pengunjung tidak bisa bahasa isyarat," tambah Adhika.
Nah untuk membuat pengunjungnya tidak terpaku dengan layar gawai selama berada di kedia kopi miliknya ini, Adhika sengaja tidak menyediakan wifi. Menurutnya, kedai ini sengaja dibuat agar para pengunjung bisa menciptakan obrolan menarik dengan teman-temannya.
![Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/07/16/13755-kedai-kopi-tuli.jpg)
"Jadi di kopi tuli tidak ada wifi agar org bisa berkomunikasi. Biar pure ngobrol dan bisa belajar Bisindo," tambah dia.
Kini Adhika berharap bisa melebarkan sayap Koptul di industri kopi sehingga bisa membantu lebih banyak lagi teman tuli agar bisa mandiri dan produktif.
Baca Juga: Benarkah Kopi Bisa Hilangkan Efek Mabuk?