![Rumah Caper [ig @rumah_caper]](https://media.suara.com/pictures/original/2018/12/08/39894-rumah-caper-ig-atrumah-caper.jpg)
Satu Anak Berhasil, Orangtua Memberi Dukungan
"Waktu itu hanya beberapa anak yang bisa direkrut, untuk mau join dan belajar bersama, itu saya edukasi orangtuanya. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu beberapa anak perempuan mulai berprestasi tidak hanya di sekolah, tapi juga menjadi salah satu pengurus di Forum Anak Nasional ," ucap Budi Sanoso bangga.
Keberhasilan tersebut, lanjut dia, tentu saja mendobrak stereotipe selama ini yang menyebut bahwa anak perempuan tak bisa menjadi ketua Forum Anak Daerah Sumatera Utara. "Itu dulunya ketua Forum Anak Daerah Sumut semua laki-laki, dan anak didik di Rumah Caper menjadi perempuan pertama yang jadi ketua. Ini prestasi hebat dan orangtuanya tentu saja bangga. Dari sini, mulai banyak orangtua yang percaya dengan apa yang saya lakukan dengan gerakan ini," jelasnya bersemangat.
Melihat hasil mengagumkan dari perjuangannya itu membuat orangtua Budi Santoso yang tadinya tak mendukung, kini melunak bahkan mendukung penuh kegiatan anaknya. Ini dibuktikan dari toko milik orangtua di samping rumahnya, kini dihibahkan kepada Budi Santoso sebagai tempat untuk belajar dan sebagai markas Forum Anak dan Rumah Caper yang didirikannya.
Pada 2018, sambung Budi Santoso, keanggotaan Forum Anak dan Rumah Caper yang didirikannya sudah memiliki relawan guru dan pengurus sebanyak 30 orang dengan anak didik yang bergabung mencapai 500 orang.
Meski rela bolak-balik Jakarta - Sumatera Utara, Budi Santoso mengaku masih bisa memantau Rumah Caper, karena diisi oleh banyak relawan yang memang peduli dengan gerakan yang ia buat, terlebih dengan kemenangan Rumah Caper sebagai salah satu inovator terbaik di ajang SDG PIPE.
Kegiatan Rumah Caper diakui Budi Santoso diisi oleh para relawan yang mengajar anak-anak hingga remaja. Mereka ada yang mengajar pelajaran sekolah hingga edukasi soal kesetaraan gender dan pemberdayaan anak.
"Saya buat kurikulum sederhana saja. Saya dapat kurikulum ini juga dari saya ikut event di Jakarta saat itu di kementerian, saya aplikasikan di Rumah Caper," ceritanya.
Lebih lanjut Budi Santoso mengatakan bahwa sebelum mendapat hadiah berupa uang dari program SDG PIPE, untuk pendanaan Rumah Caper, didapat dari hasil menjual barang-barang di pasar kaget. Nah, barang-barang yang dijualnya itu mulai dari baju bekas, aksesoris, dan lain-lain.
Baca Juga: Ingin Dapat Pasangan di Tinder, Ini Waktu Terbaik Memainkannya
"Setelah menang, alhamdulillah jadi punya dana. Saya bisa buat modal mengajar anak-anak yang putus sekolah untuk saya arahkan berdagang saja," lanjutnya.
Lewat Rumah Caper Budi Santoso berharap, anak-anak didiknya memiliki kesadaran tinggi untuk meraih mimpi dulu sebelum memutuskan menikah di usia 17 tahun.
"Itu harapan dan target saya, terutama diawali di kampung saya. Untuk 18 tahun ke bawah anak perempuan harus bisa meraih mimpinya dulu, bekerja, dan banyak lagi yang bisa dilakukan," ungkapnya penuh harap..
Nah untuk yang ingin bergabung terutama para relawan di Kabupaten Asahan, bisa kontak di Instagram @rumah_caper.