Boneka tradisional Jepang berbahan keramik ini diproduksi pada awal abad ke-17.
Kala itu teknik pembuatan boneka berbahan keramik pertama kali diperkenalkan seorang pengrajin genteng, Souhichi Masaki.
Secara turun temurun, teknik ini kemudian dikembangkan para pengrajin di seantero Jepang.
Tak hanya itu, seiring perkembangan zaman, teknik pembuatannya pun turut berkembang. Hingga beragam warna menghiasi boneka Hakata.

Bagi masyarakat Jepang, boneka Hakata lebih dari sekadar maskot kota Fukuoka, boneka berbahan keramik ini merupakan salah satu simbol sejarah dan kebudayaan Jepang.
Beragam karakter dan profesi yang tumbuh mengiringi sejarah kebudayaan Jepang diperkenalkan melalui boneka Hakata.
Mulai dari pemain kabuki, tokoh-tokoh dalam Noh (teater tradisional Jepang), tokoh spiritual, karakter dalam legenda Jepang, pemain sumo, samurai, hingga masyarakat Jepang sehari-hari.
Boneka Tau-tau di Indonesia
Tau-tau, boneka kayu menyerupai manusia ini merupakan replika kerabat yang telah meninggal dalam lingkup tradisi Toraja, Indonesia.
Proses pemahatannya tak dapat dilakukan sembarangan dan hanya dikerjakan oleh pemahat khusus.
Sebab itu, sebelum jenazah diarak menggunakan peti Pong Buri, sang pemahat akan memahat Tau-tau persis di dekat jenazah, demi memperoleh detil nan maksimal.

Tak hanya dipahat oleh pemahat khusus, yang diizinkan membuat Tau-tau pun hanya keluarga yang sanggup menyembelih setidaknya 24 ekor kerbau, yang terdiri dari empat jenis ekor kerbau berbeda.
Sebab biaya pembuatan tau-tau pun tak murah, berkisar Rp 25 juta bergantung detil dan ukurannya.
Boneka Motanky di Ukraina

Terbuat dari aneka potongan kain yang dirajut menyerupai sosok manusia, boneka montanky di Ukraina menjelma ikon kebudayaan setempat sekaligus suvenir favorut turis yang menyambangi negara skandinavia tersebut.