Didin mengaku senang sekaligus haru karena ada yang ingin menyuarakan keadilan atas kematian anaknya. Ia juga menyebut, saat masih menjabat Gubernur DKI, Anies menjadi satu-satunya pejabat yang melayat.
Di sisi lain, Didin menilai Harun adalah anak biasa yang tidak paham politik. Ia lantas heran mengapa anaknya ditembak hingga tewas dalam insiden 21-22 Mei 2019 itu. Padahal aparat seharusnya mengamankannya saja.
Menurut hasil otopsi saat itu, kepolisian menyatakan ada peluru di dada kiri korban. Hal ini menyebabkan Harun meninggal dunia. Didin pun meyakini bahwa penembak misterius anaknya itu adalah seorang anggota kepolisian.
Namun, hingga kini tak ada kejelasan terkait sosok pelaku yang menewaskan Harun. Didin bahkan belum menerima keadilan atas kematian anaknya. Untuk itu, ia mengizinkan permintaan Anies yang ingin menyuarakan keadilan.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri saat itu, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menyebut, Harun ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter. Dalam kerusuhan ini, tercatat ada sembilan korban tewas.
Mereka diduga merupakan perusuh. Adapun korban itu, yakni Harun Al Rasyid, Bachtiar Alamsyah, Abdul Azis, M Rehan Fajari, Muhammad Reza Widianto Rizki Ramadhan, Farhan Syafero, Adam Noorian, dan Sandro.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti