Apa Itu Playing Victim? Pengertian dan Ciri-cirinya

Agung Pratnyawan Suara.Com
Kamis, 06 Juni 2024 | 16:02 WIB
Apa Itu Playing Victim? Pengertian dan Ciri-cirinya
Ilustrasi Playing Victim (Unsplash.com/Afif Ramdhasuma)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Playing victim menjadi istilah bahasa gaul yang banyak digunakan akhir-akhir ini. Tapi sebenarnya playing victim

Dalam sebuah hubungan, baik pertemanan atau kekasih, banyak orang kerap melabeli orang tertentu sebagai "si playing victim."

Bukan tanpa alasan, orang yang suka playing victim memang mengganggu. Ia selalu merasa menjadi korban atas semua kejadian yang menimpanya. Padahal bisa saja, orang tersebut adalah tersangka utama.

Apa itu playing victim?

Playing Victim adalah kondisi saat seseorang merasa menjadi korban. Padahal bisa jadi, bukti menunjukkan sebaliknya alias dia adalah pelakunya.

Secara sederhana Playing victim adalah ‘mentalitas sebagai korban’. Playing victim adalah masalah kesehatan mental yang berdampak pada hubungan, pekerjaan, dan kesehatan.

Playing victim akan sangat mengganggu hubungan sebab dia akan menempatkan orang lain pada posisi yang selalu salah. Jika korban playing victim tidak kuat mental, bisa jadi mereka akan mengalami gangguan psikologis yang serius.

Ciri-ciri orang yang playing victim

1. Menempatkan diri sebagai korban dan menjual kesulitan diri untuk mendapat belas kasihan

Baca Juga: Arti Kata GG yang Viral di Kalangan Gamer, Memahami Makna dan Penggunaannya

Pertama, orang yang suka playing victim akan mengambil sikap sebagai korban. Ia juga menganut keyakinan bahwa hidupnya lebih sulit daripada hidup orang lain.

Orang tersebut sibuk dengan dirinya sendiri dan percakapannya hanya sepihak. Dia menolak empati pendengar karena tujuan sebenarnya bukanlah untuk merasa lebih baik, melainkan untuk mengendalikan orang lain.

2. Selalu memutar fakta dan merasa dirinya sebagai pihak yang paling dirugikan

Kedua, orang yang suka playing victim akan selalu bertindak sebagai pihak yang rentan dan dirugikan. Tujuannya tidak lain yakni membuat orang lain merasa bersalah.

Dia mungkin menggunakan kesulitan sebagai alasan untuk mengeksploitasi kebaikan seseorang.

3. Sering mengungkit kesakitan masa lalu agar dicap sebagai "yang paling tersakiti"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI