Adapun tata cara melaksanakan sholat Idul Adha adalah sebagai berikut:
1. Lafalkan niat sholat Idul Adha untuk makmum jika kamu menjadi makmum.
2. Ucapkan takbiratul Ikhram dan letakkan tangan di atas pusar.
3. Baca doa iftitah
4. Lanjutkan dengan membaca takbir sebanyak tujuh kali untuk rakaat pertama.
5. Disela-sela melafalkan tujuh takbir tersebut, baca doa
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
"Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah wallahu akbar."
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."
6. Lajutkan membaca surah Al-Fatihah, lalu sebagai makmum mengikuti imam membaca salah satu surah pendek dalam Al Quran.
7. Rukuk sambil membaca tasbih, Subhaana rabbiyal 'adzimi (3x)
8. Bangun dari rukuk (iktidal)
9. Sujud pertama
10. Duduk di antara dua sujud
11. Sujud kedua
12. Bangun dari sujud yang kedua sambil mengucapkan: Allahu akbar
13. Membaca takbir sebanyak lima kali untuk rakaat kedua dan di sela-sela takbir membaca tasbih sebagaimana pada rakaat pertama;
14. Mengikuti imam membaca surah Al-Fatihah
15. Mengikuti imam membaca salah satu surah atau ayat dalam Al-Qur'an, dianjurkan untuk membaca surah al-Ghâsyiyah.
16. Rukuk sambil membaca tasbih: Subhaana rabbiyal 'adzimi (3x)
17. Bangun dari rukuk (Iktidal)
18. Sujud pertama
19. Duduk di antara dua sujud
20. Sujud kedua
21. Duduk tasyahud akhir
22. Mengucapkan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri
Khutbah sebelum atau sesudah sholat?
Khutbah sholat Idul Adha biasanya dilaksanakan sesudah sholat. Mungkin ada yang membacakan khutbah sebelum sholat, tetapi pada umumnya khutbah dibacakan sesudah sholat Idul Adha.
Mendengarkan khutbah menjadi hal yang disunnahkan kepada jamaah sholat Idul Adha. Berikut contoh khutbah Idul Adha sesudah sholat.
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Innaa a’thainaakal-kautsar, fashollii li robbika wanhar, innaa syaaniaka huwal abtar.
Jama’ah rahimani wa rahimakumullah, jama’ah yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah …
Terkait dengan hari raya Idul Adha atau hari raya qurban, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ibadah ini berasal dari kisah Nabi Ibrahim saat ingin menyembelih putranya Ismail. Kisah ini bisa ditelaah lebih jauh dalam surah As-Saffat ayat 99 – 111. Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail ‘alaihis salam.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)
Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja. Pada usia tersebut, Ibrahim sangat mencintainya dan Nabi Ibrahim merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat. Saat anaknya seperti itulah, Ibrahim mendapatkan ujian berat.
Lihatlah ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail sangatlah patuh. Ia pun menyatakan dirinya bisa bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula. Inilah yang seharusnya jadi teladan kita, yaitu patuh, sabar, dan tawakal kepada Allah. Mudahmudahan kita mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar dan benar-benar bertawakal kepada-Nya, begitu pula kita menjadi orang yang demikian.
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).” (QS. As-Saffat: 103)
“Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim.” (QS. As-Saffat: 104)
“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 105)
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. As-Saffat: 106)
Dengan sikapnya ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dipuji,
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 110).
Ibrahim termasuk orang yang berbuat baik (berbuat ihsan) dalam ibadah, bermuamalah baik dengan sesama, ia mendapatkan jalan keluar dari kesulitan yang ia hadapi, dan ia mendapatkan balasan yang baik.
Lalu disebutkan, “Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. As-Saffat: 111).
Pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim berqurban:
1. Ibrahim adalah orang yang taat pada perintah Allah.
2. Nabi Ibrahim tidak membantah wahyu, ia sangat patuh pada wahyu.
3. Kecintaan pada Allah lebih didahulukan oleh Nabi Ibrahim dari kecintaan pada anak.
4. Sifat anak yang saleh adalah patuh pada orang tua seperti patuhnya Ismail pada ayahnya Ibrahim.
5. Bersabar di balik kesulitan pasti akan datangkan kemudahan.