Dinyatakan Pailit, Kekayaan Bos Sritex Capai Rp7 Triliun

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 29 Oktober 2024 | 16:01 WIB
Dinyatakan Pailit, Kekayaan Bos Sritex Capai Rp7 Triliun
Sritex (YouTube/Halo Sritex)

Suara.com - Kabar mengenai PHK massal terhadap karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex ramai dibahas publik di media sosial.

Menanggapi isu tersebut, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer menegaskan bahwa tidak ada pemutusan hubungan kerja massal, kendati perusahaan tengah pailit.

“Saya pastikan tak ada PHK terhadap buruh PT Sritex. Hal ini disepakati pihak manajemen yang diwakili Iwan Setiawan Lukminto sebagai owner PT Sritex,” ujar Immanuel pada awak media beberapa waktu lalu.

Menindaklanjuti prahara tersebut, ia juga menuturkan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam melihat perusahaan tekstil seperti Sritex lumpuh.

“Yang jelas pemerintah, negara, hadir di tengah buruh/pekerja,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, pemilik Sritex, Iwan Lukminto mengatakan bahwa efisiensi yang dilakukan perusahaan didasari dari keputusan bisnis, bukan atas dasar perusahaan yang sedang pailit.

“Fokus kami ke depan, ingin terus beroperasi, bukan niat kami untuk menutup pabrik ini. Karena melihat operasional dan kondisi keuangan selama 2 tahun terakhir juga mengalami perbaikan,” tandasnya.

Melanjuti isu yang beredar, warganet juga menelusuri sosok H.M Lukminto, selaku pendiri perusahaan Sritex yang kini diteruskan oleh anaknya.

Sebab, kabar beredar jika ayah dari Iwan Lukminto tersebut menjadi salah satu konglomerat papan atas di eranya.

Baca Juga: Setelah Divonis Pailit, Bos Sritex Bela Diri Tak Ada Niat Tutup Pabrik

Profil dan Kekayaan H.M Lukminto

Haji Muhammad Lukminto alias H.M Lukminto adalah pengusaha kain sekaligus sosok yang mendirikan PT Sri Rejeki Isman alias Sritex pada tahun 1966.

Awalnya, H.M Lukminto adalah seorang pedagang kain di Pasar Klewer ketika ia masih duduk di bangku sekolah.

Berkat didikan dari keluarga, terutama sang kakak, usahanya berkembang dan berhasil membeli dua kios di Pasar Klewer pada 1967.

Sejak saat itu, ia mendapat julukan sebagai raja batik kendati masih usia muda. Kepiawaiannya dalam berbisnis berbuah manis. Pada tahun 1972, ia mendirikan pabrik kain di Semanggi Surakarta.

Pada tahun 1978, ia mendaftakan pabriknya ke Kementrian Perdagangan sebagai perseroan terbatas.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI