Lalu ia pindah ke Jambi. Di Jambi, Bustamam bekerja sebagai kernet angkot, berjualan rokok, menjadi tukang cuci piring di warung makan Padang yang bernama Sederhana.
Setelah itu Bustamam memutuskan merantau ke ibu kota bersama sang istri dan anaknya yang masih kecil. Di Jakata, Bustamam menyambung hidup dengan berjualan rokok dengan cara asongan.
Karena sering dipalak preman dan dirazia Satpol PP, Bustamam memutuskan untuk banting stir membuka warung makan Padang menggunakan gerobak di atas trotoar dan samping got kotor, sekitar Bendungan Hilir (Benhil), pada 1972.
Ia menamakan warungnya Rumah Makan (RM) Sederhana. Nama ini ia ambil dari nama warung makan Padang tempat dulunya bekerja sebagai tukang cuci piring. Selain itu, alasan Bustamam memilih nama Sederhana karena mudah diingat.
Bisnis Bustamam laris manis. Ia pun mulai membuka cabang di wilayah lain di Jakarta. Bustamam tidak menggunakan sistem franchise melainkan bagi hasil. Kini RM Padang Sederhana memiliki ratusan cabang yang tersebar di tanah air.