Tradisi ziarah kubur menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Wonogiri.
Masyarakat setempat mengunjungi makam leluhur untuk mendoakan arwah yang telah berpulang.
Biasanya, ziarah dilakukan sehari sebelum atau sesudah Lebaran. Di beberapa tempat, ziarah ini diiringi dengan tradisi nyadran, yaitu membersihkan makam dan membawa makanan sebagai bentuk sedekah kepada warga sekitar.
4. Kirab Budaya di Beberapa Kecamatan

Di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Baturetno dan Pracimantoro, sering diadakan kirab budaya yang melibatkan kesenian daerah seperti reog, kuda lumping, dan jaran kepang.
Acara ini biasanya berlangsung setelah salat Idul Fitri atau beberapa hari setelah Lebaran sebagai wujud syukur dan pelestarian budaya lokal. Semua diikuti oleh warga baik kalangan tua dan muda.
5. Silaturahmi dengan Tradisi Bodo-Bodo
Di beberapa desa di Wonogiri, masih ada tradisi Bodo-Bodo, yaitu kunjungan ke rumah sanak saudara dan tetangga dengan membawa makanan khas Lebaran seperti opor ayam, sambal goreng, dan ketupat.
Uniknya, dalam tradisi ini, ada kebiasaan untuk saling bertukar makanan sebagai simbol berbagi rezeki dan mempererat hubungan kekeluargaan.
Baca Juga: Mau Mudik? Ini Daftar Harga Tiket Bus AKAP Jakarta-Malang Jelang Lebaran 2025
6. Sajian Khas Lebaran Wonogiri
Lebaran di Wonogiri juga tidak lengkap tanpa sajian khas seperti sega tumpang, sega gudangan, dan ayam panggang khas Wonogiri.
Makanan-makanan ini menjadi bagian penting dalam perayaan Lebaran dan biasanya disajikan dalam acara kumpul keluarga atau tradisi kenduri di desa-desa.
Tradisi Lebaran di Wonogiri bukan sekadar perayaan biasa, melainkan bagian dari budaya yang diwariskan turun-temurun.
Meski zaman terus berkembang, tradisi-tradisi seperti Grebeg Syawal, Kupatan, dan ziarah kubur tetap dijaga oleh masyarakat sebagai wujud syukur dan kebersamaan.
Keberlangsungan tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya lokal masih memiliki tempat di hati masyarakat Wonogiri hingga kini.