Usai operasi, Alya berusaha mengaktifkan BPJS dengan membayar tunggakan lebih dari dua juta rupiah. Namun, harapannya pupus. Karena kecelakaan terjadi di tempat wisata, sehingga BPJS tak bisa digunakan.
Alya pun terpaksa berutang untuk membayar biaya kontrol dan perawatan luka. Di tengah kondisi serba sulit, sang ibu menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mengantar Alya kontrol rutin ke rumah sakit dengan motor kecil satu-satunya yang mereka miliki.
Tak berhenti di situ, Alya mencoba menghubungi kembali pihak yang dirasa bertanggungjawab atas kondisi yang ia alami untuk meminta bantuan tambahan.
Namun, yang didapatnya hanyalah jawaban template tanpa solusi nyata. Lebih menyakitkan lagi, belum genap sebulan setelah insiden Alya, kabar tentang korban lain yang mengalami patah tangan di wahana yang sama pun terdengar.
Alya pun akhirnya bersuara lantang di media sosial, mengungkapkan semua kronologi kejadian, penderitaan yang dialaminya, serta harapannya agar pihak wahana rekreasi air tersebut bertanggung jawab sepenuhnya atas kelalaiannya.
Klarifikasi
Menanggapi viralnya kisah Alya, pihak wahana air tersebut mengeluarkan klarifikasi resmi. Dalam rilis tersebut, mereka menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini, sekaligus menegaskan bahwa pihaknya telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk keamanan wahana.
Mereka juga sudah mengklaim bahwa tanggung jawab pengobatan sudah diambil hingga pasien dinyatakan pulih dan dipulangkan.
Namun, dalam kenyataan yang dialami Alya, pernyataan tersebut terasa jauh dari realitas di lapangan. Biaya kontrol, perawatan luka lanjutan, dan pemulihan jangka panjang sepenuhnya menjadi beban korban.
Baca Juga: Viral Curhatan Polos Bocah SD ke Prabowo Soal Jalan Rusak Berlumpur: Kapan Jalan Dibangun, Pak?
"Aku cuma minta pihak waterboom punya hati," kata Alya lirih. "Kami datang untuk senang-senang, tapi pulangnya bawa luka dan beban hidup yang makin berat."