Setelah itu, ia pun mulai mencoba membuat perhiasan ASI sendiri, dengan bahan-bahan yang dibeli dari marketplace.
Percobaan pertama, batunya ternyata menguning setelah satu minggu. Febrina kembali melakukan research, mencari bahan apa yang bisa support supaya tidak menguning.
Ketika akhirnya berhasil membuat batu yang seputih susu, ia melanjutkan dengan belajar membuat rangka. Setelah itu, mencari bahan apa yang tidak karatan.
Pencariannya akhirnya terbayar, Febrina berhasil membuat perhiasan ASI miliknya sendiri. Ketika ‘memamerkannya’ di Instagram, respon teman-temannya ternyata cukup antusias.
“Aku buka (PO) 10 orang, hari itu juga satu jam langsung sold out. Padahal awalnya karena iseng, ingin (punya), terus kayak tes ombak,” katanya saat ditemui Suara.com, Rabu (30/4/2025).
Usai PO pertama, Febrina memutuskan untuk kembali memasarkan perhiasan ASI-nya. Ia memulai dengan belajar Instagram Ads. Dari situlah Abreena semakin dikenal dan mendapat lebih banyak pesanan.
Cermin Emosi dalam Perhiasan

Lebih dari sekadar bisnis, Abreena dibangun atas dasar filosofi bahwa menyusui adalah bentuk cinta dan pengorbanan yang layak dirayakan. Setiap tetes ASI yang dijadikan perhiasan adalah simbol perjuangan, kedekatan, dan koneksi batin antara ibu dan anak.
Tak sembarangan, proses pembuatan perhiasan berbahan dasar ASI ini melewati tahapan panjang dan presisi tinggi.
Baca Juga: Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Mampu Naik Kelas, Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha
ASI yang telah diawetkan kemudian dicampur dengan resin khusus dan dibentuk sesuai pesanan pelanggan. Bentuknya bisa berupa liontin, cincin, hingga charm bracelet. Yang membuatnya istimewa, setiap perhiasan dibuat secara personal, mencerminkan cerita dan emosi sang pemesan. Tidak ada dua perhiasan yang benar-benar sama.