Selain ASI, pelanggan juga bisa menambahkan spesimen lain seperti helaian rambut, potongan tali pusat, atau dekorasi tambahan berupa serpihan warna emas dan bunga kering untuk memperindah desain perhiasan.
Memulai usaha di tahun 2023 dengan modal awal Rp351 ribu, kini bisnis perhiasan ASI Abreena telah beromzet antara Rp50 juta hingga Rp80 juta per bulan.
Dalam satu bulan, pesanan yang masuk bisa mencapai 70 hingga 130 order. Dan dari berbagai jenis perhiasan yang ditawarkan, liontin atau pendant menjadi bentuk paling populer di kalangan pelanggan.
Harga dasar perhiasan ASI ini dibanderol Rp279 ribu, sudah termasuk kalung. Namun, pelanggan juga bisa menambahkan spesimen lain seperti rambut atau tali pusar dengan biaya tambahan Rp30 ribu per item.
UMKM dan Perempuan: Abreena sebagai Ruang Aman dan Bisnis yang Berdampak
Sebagai UMKM, Abreena tidak hanya memberi ruang bagi ibu menyimpan kenangan. Dengan pendekatan berbasis komunitas, Abreena membuka juga ruang dialog bagi sesama ibu. Lewat media sosial dan grup pelanggan, para ibu berbagi cerita, pengalaman menyusui, hingga proses healing mereka. Abreena menjadi lebih dari sebuah brand; ia menjelma jadi komunitas yang saling menguatkan.
Ketika ditanya apa harapannya dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Febrina mengaku memiliki harapan besar terhadap perkembangan usahanya. Bukan hanya soal omzet atau perluasan bisnis, tapi lebih ke arah kemandirian: membuat sendiri semua tahapan produksi agar bisa menjaga harga tetap terjangkau, namun tetap memberikan layanan yang personal dan custom untuk setiap pelanggan.
Selain itu, misi sosial juga menjadi fokus utama. Sang founder ingin bisnis ini bisa memberi dampak lebih besar terhadap pendidikan, terutama bagi anak-anak muda yang kurang mampu secara ekonomi dan pendidikan.
“Kami ingin punya impact lebih banyak,” ujar Febrina.
Baca Juga: Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Mampu Naik Kelas, Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha
Filosofinya jelas: jika seseorang tidak dibekali pendidikan dan keterampilan, besar kemungkinan mereka hanya menjadi beban — bagi diri sendiri, keluarga, bahkan negara. Karena itu, dalam aktivitas kerja pun diselipkan pembelajaran, termasuk penggunaan instruksi berbahasa Inggris untuk membiasakan para staf muda agar terus belajar dan berkembang.