Beda Pendidikan Verrell Bramasta dan Dedi Mulyadi, Kritik Program Siswa Nakal Masuk Barak

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 13 Mei 2025 | 10:53 WIB
Beda Pendidikan Verrell Bramasta dan Dedi Mulyadi, Kritik Program Siswa Nakal Masuk Barak
Kolase Verrell Bramasta dan Dedi Mulyadi [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kritik Verrell muncul setelah viralnya video Dedi Mulyadi yang “menangkap” sekelompok remaja yang kedapatan nongkrong hingga larut malam. Para remaja itu kemudian “dihukum” dengan dikirim ke barak untuk dibina.

Verrell menyebut bahwa pendekatan semacam itu bisa berdampak pada kesehatan mental anak-anak, apalagi jika tidak didampingi tenaga profesional seperti psikolog atau pekerja sosial.

"Anak-anak nakal itu bukan untuk dihukum atau dipermalukan. Mereka perlu dipahami, didengar, dan dibina dengan pendekatan yang manusiawi," ujar Verrell lewat akun media sosialnya.

Komentar ini langsung menuai pro dan kontra. Banyak yang mendukung Verrell, terutama kalangan urban yang setuju bahwa anak-anak harus diperlakukan sebagai individu yang sedang tumbuh, bukan pelaku kriminal.

Di sisi lain, pendukung Dedi menilai bahwa tindakan tegas dibutuhkan sebagai bentuk tanggung jawab sosial untuk mengarahkan anak-anak agar tidak salah jalan.

Perbedaan pandangan ini menjadi semakin menarik bila melihat akar pendidikan masing-masing. Verrell yang tumbuh dalam budaya pendidikan Barat cenderung mengedepankan pendekatan restoratif – sebuah metode yang lebih fokus pada perbaikan perilaku melalui empati, dialog, dan reintegrasi sosial.

Sedangkan Dedi yang dibentuk oleh nilai-nilai lokal dan sistem pendidikan konvensional Indonesia, lebih menekankan pada nilai disiplin, tanggung jawab, dan hukuman sebagai pembelajaran.

"Kalau mereka tidak ditindak, mereka akan menjadi beban sosial. Kami tidak memukuli, tidak menyakiti, hanya memberi pembinaan secara tegas," ujar Dedi Mulyadi dalam salah satu video klarifikasinya.

Debat antara Verrell dan Dedi mencerminkan perbedaan paradigma dalam mendidik generasi muda – apakah dengan pendekatan empatik dan psikologis, atau dengan pendekatan struktural dan tegas.

Baca Juga: Ledakan Amunisi di Garut Tewaskan 13 Orang, Dedi Mulyadi: Semoga Amal Ibadah Korban Diterima

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI