Suara.com - Idul Adha kerap identik dengan pembagian daging kurban kepada masyarakat. Namun, di balik semangat berbagi itu, tersimpan ancaman besar bagi lingkungan, peningkatan sampah plastik sekali pakai.
Tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengajak masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan terhadap kantong plastik, dan salah satu solusi yang diusulkan adalah menggunakan besek bambu—wadah tradisional yang kini kembali populer sebagai alternatif ramah lingkungan.
Seruan Nasional: Idul Adha 2025 Tanpa Sampah Plastik
Langkah penggunaan besek bambu sejalan dengan seruan Kementerian Lingkungan Hidup melalui Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2025. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq dalam edaran tersebut menekankan pentingnya pelaksanaan Idul Adha 2025 tanpa sampah plastik.
"Momentum penyelenggaraan Hari Raya Idul Adha 2025 Masehi (1446 Hijriah) jatuh pada bulan Juni 2025 bersamaan dengan penyelenggaraan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang mengusung tema ‘Mengakhiri Polusi Plastik’ terasa sangat tepat kita mulai dengan semangat untuk menjaga kondisi tetap minim sampah," ujarnya, melansir ANTARA, Sabtu (31/5/2025).
KLH meminta pemerintah daerah dan panitia kurban untuk aktif menyosialisasikan pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Selain itu, KLH juga mendorong penggunaan wadah alternatif seperti daun pisang, daun jati, wadah anyaman, atau wadah lain yang dapat digunakan kembali dan tidak mencemari lingkungan.
Kembali ke Alam Lewat Anyaman Bambu
Besek bambu adalah wadah berbentuk kotak kecil yang terbuat dari anyaman bilah bambu tipis. Dulu, besek digunakan secara luas untuk mengemas makanan, jajanan pasar, hingga sesajen. Kini, ia kembali dilirik sebagai pengganti kantong plastik, terutama dalam momen pembagian daging kurban.
Membuat besek memang membutuhkan keterampilan, namun prosesnya sederhana dan bisa menjadi peluang ekonomi lokal. Berikut langkah-langkahnya seperti dikutip dari kanal Youtube Umi Faiz:
Baca Juga: Warna Cat Rumah Cocok Sambut Idul Adha: Sejuk, Religius, dan Instagramable
- Langkah pertama adalah memilih jenis bambu yang tepat, biasanya bambu apus.
- Bambu kemudian dibelah menjadi bagian kecil dengan lebar sekitar satu sentimeter.
- Bilah bambu itu ditipiskan menggunakan pisau tajam hingga menyerupai lembaran.
- Setelah diirat, lembaran bambu dijemur agar kering dan tidak mudah berjamur.
- Setelah kering, proses berikutnya adalah menganyam dasar besek dari 24 hingga 30 lembar bambu.
- Anyaman ini kemudian dirapatkan dan dibentuk menjadi kubus dalam proses yang disebut mbuceni.
Hasil akhirnya adalah besek siap pakai yang dapat digunakan kembali, dapat dikomposkan, dan tidak meninggalkan residu plastik di lingkungan.
Krisis Sampah Plastik Global dan Dampaknya di Indonesia
Seruan pengurangan plastik datang di tengah kekhawatiran global mengenai lonjakan sampah plastik. Menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP), dunia memproduksi lebih dari 400 juta ton plastik setiap tahun, dan sebagian besar merupakan plastik sekali pakai.
Studi dari Science Advances tahun 2017 mengungkapkan bahwa hanya sekitar 9% dari seluruh sampah plastik yang pernah dihasilkan telah didaur ulang. Sisanya, 12% dibakar dan 79% lainnya berakhir di tempat pembuangan akhir atau mencemari lingkungan, termasuk lautan.
Indonesia sendiri berada di peringkat atas sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar. KLHK mencatat, pada tahun 2020 Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik per tahun, dan antara 480 ribu hingga 1,29 juta metrik ton masuk ke laut setiap tahunnya.
Dampaknya sangat nyata. UNEP melaporkan setidaknya 800 spesies laut terancam akibat sampah plastik. Penyu laut, burung laut, hingga mamalia seperti paus dan lumba-lumba menjadi korban karena menelan plastik atau terjerat sampah.