6. Penn State University (AS)
7. New York University (AS)
8. University of Michigan-Ann Arbor (AS)
9. Nanyang Technological University (NTU) (Singapura)
10. University of New South Wales (UNSW) (Australia)
Namun pilihannya jatuh pada Nanyang Technological University (NTU) Singapura, salah satu institusi pendidikan teknik terbaik di Asia. Selain faktor kualitas, kedekatan geografis dengan Indonesia menjadi pertimbangan penting, karena ia masih memegang teguh niat untuk kembali dan mengabdi pada negeri setelah menyelesaikan studi.
Vania bukan hanya unggul di bidang akademik. Ia juga aktif di berbagai proyek sosial dan riset ilmiah. Lewat Afirmbot Project, ia berkontribusi pada pengembangan robot yang berfungsi mengurangi risiko kebakaran.
Ia juga memimpin kampanye lingkungan Hemisphere, mengajar sains di Papua lewat program Toward Education, dan menginisiasi STEM & Seniors, sebuah gerakan edukasi sains untuk kalangan lanjut usia. Tak hanya itu, Vania adalah pelatih dan pemimpin klub taekwondo serta penulis konten ilmiah dan lingkungan di Kompasiana News.
Semua pencapaian itu adalah bagian dari misinya yang lebih besar: membangun negeri melalui ilmu teknik. Jika dulu ia bercita-cita menjadi penerbang dan bergabung dengan TNI AU, kini ia ingin membangun teknologi penerbangan masa depan. Cita-cita itu bukan lagi angan, tetapi misi hidup yang tumbuh dari pengalaman, jatuh bangun, dan semangat belajar yang tak pernah padam.
Baca Juga: Harvard Dilarang Terima Mahasiswa Asing, Kemenkeu Minta Penerima LPDP Tetap Berada di AS
“Kalau saya bisa memberi pesan ke diri saya yang dulu, saya ingin bilang: jangan ragu, jangan takut gagal. Semua perjuangan ini pasti ada hasilnya,” tutup Vania. Pesannya menjadi pengingat bahwa dalam setiap kegagalan tersembunyi peluang, dan dalam setiap perjuangan tersimpan kekuatan untuk terbang lebih tinggi.