Menurut Nissa, pendekatan yang kolaboratif dan berbasis komunitas seperti ini penting untuk menjaga keberlanjutan literasi. Bukan hanya sebagai selebrasi sastra, tetapi juga sebagai gerakan kultural yang mengakar.
Sebagai inisiator festival, Rahmi Wijayanti menegaskan bahwa BIL Fest bukan sekadar festival tahunan, tetapi akan menjadi gerakan jangka panjang.
“BIL Fest diharapkan menjadi gerakan literasi berkelanjutan, membuka lebih banyak ruang diskusi, membaca, dan berkarya bagi masyarakat Banyumas,” ujarnya.
Dalam konteks literasi nasional, kehadiran BIL Fest menjadi contoh konkret bagaimana daerah dapat memulai perubahan dari akar. Ketimpangan akses sastra yang selama ini terjadi tak akan selesai dengan sentralisasi, melainkan lewat gerakan lokal yang saling memperkuat. Banyumas, melalui BIL Fest, telah memulai langkah itu—dan tampaknya, tidak akan berhenti di sini.