suara hijau

Dari Gang Sempit ke Kampung Tangguh Iklim: Cerita Warga Jakarta Atasi Sampah

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 02 Juli 2025 | 13:20 WIB
Dari Gang Sempit ke Kampung Tangguh Iklim: Cerita Warga Jakarta Atasi Sampah
Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq meninjau pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan warga RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat pada Selasa (1/7/2025) ANTARA/HO-KLH

Suara.com - Pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar di kota-kota padat seperti Jakarta. Di Jakarta Pusat saja, produksi sampah harian mencapai sekitar 700 ton.

Sebagian besar belum dipilah dari sumbernya, sehingga menyulitkan proses pengolahan dan meningkatkan risiko lingkungan.

Pemerintah menargetkan pengelolaan sampah 100 persen pada tahun 2029 melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025. Namun untuk mencapainya, peran serta masyarakat menjadi sangat krusial.

“Pengelolaan sampah harus menjadi gerakan bersama, dimulai dari rumah tangga. Pemerintah sudah menetapkan target pengelolaan sampah 100 persen pada tahun 2029 melalui Perpres Nomor 12 Tahun 2025. Oleh karena itu, masyarakat perlu segera dilibatkan secara aktif,” ujar Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, di Jakarta, Rabu.

Ilustrasi sampah (Pixabay)
Ilustrasi sampah (Pixabay)

Pernyataan itu disampaikan setelah ia meninjau langsung Kampung SAMTAMA (Sampah Tanggung Jawab Bersama), sebuah inisiatif warga di RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat.

Kampung ini berhasil menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang terintegrasi bisa dilakukan dari skala rumah tangga, bahkan di kawasan padat penduduk.

Hanif mengapresiasi inisiatif warga sebagai contoh konkret integrasi pengelolaan sampah dan adaptasi perubahan iklim.

Ia menegaskan bahwa KLH/BPLH akan memperluas replikasi Kampung SAMTAMA ke wilayah lain di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

“Dengan keterlibatan aktif warga, dukungan pemerintah daerah, dan sinergi lintas sektor, transformasi menuju kota yang bebas sampah dan tangguh terhadap iklim bukan sekadar wacana, melainkan sebuah keniscayaan,” katanya.

Baca Juga: Mesin Tukar Sampah Jadi Uang Mulai Diuji di SMAN 2 Sukabumi: Bagaimana Cara Kerjanya?

RW 03 Cempaka Putih Timur merupakan kawasan padat yang dihuni sekitar 3.795 jiwa. Wilayah ini sebelumnya menghadapi tantangan lingkungan seperti risiko banjir dan keterbatasan ruang terbuka hijau.

Namun melalui program ProKlim Lestari yang diinisiasi KLH/BPLH, wilayah ini berhasil mentransformasi diri menjadi kampung tangguh iklim dengan penghargaan tertinggi dalam bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Hanif menyoroti sejumlah praktik warga, mulai dari pemilahan sampah, daur ulang, budidaya maggot, pengumpulan minyak jelantah, pemanfaatan air hujan, hingga penggunaan lampu hemat energi.

Ia juga menyebut infrastruktur seperti sumur resapan, jalur evakuasi, dan sistem pemanfaatan air limbah yang kini menjangkau seluruh warga sebagai bagian dari keberhasilan integratif yang bisa direplikasi.

Sebagai pengakuan atas upaya ini, Kampung SAMTAMA masuk dalam 300 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 dan menjadi percontohan nasional Proklim Lestari.

“Jakarta Pusat saat ini menyumbang sekitar 700 ton sampah per hari. Oleh karena itu, optimalisasi fasilitas pengolahan sampah RDF (Refuse-Derived Fuel) di Rorotan, Jakarta Utara, menjadi sangat krusial. Fasilitas berkapasitas 2.500 ton per hari ini dirancang untuk menerima sampah yang telah dipilah dari wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara,” ujar Hanif.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI