Perfiki Kreasindo BUMN atau Bukan? Fakta di Balik Rumah Produksi 'Merah Putih One For All'

Nur Khotimah Suara.Com
Minggu, 10 Agustus 2025 | 11:55 WIB
Perfiki Kreasindo BUMN atau Bukan? Fakta di Balik Rumah Produksi 'Merah Putih One For All'
Merah Putih: One For All [Instagram]

Suara.com - Dunia perfilman Indonesia tengah dihebohkan dengan kemunculan film animasi "Merah Putih One For All".

Mengusung tema nasionalisme, film ini akan dirilis pada 14 Agustus 2025 di bioskop untuk memeriahkan momen Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia.

Namun alih-alih mendapat dukungan dari publik, film animasi yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo itu malah menuai kritik dari warganet di media sosial usai trailernya dirilis di YouTube pada Jumat (8/8/2025).

Lantas apa itu Perfiki Kreasindo yang merupakan rumah produksi "Merah Putih: One For All"? Apakah termasuk BUMN atau bukan? Simak penjelasan berikut ini.

Rumah Produksi Perfiki Kreasindo: BUMN atau Bukan?

Merah Putih: One For All [Instagram]
Merah Putih: One For All [Instagram]

Film "Merah Putih: One For All" diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, sebuah rumah produksi yang bernaung di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.

Informasi dari Cinema XXI menunjukkan bahwa yayasan ini merupakan institusi swasta yang fokus pada pengembangan sinema nasional.

Yayasan tersebut dikenal ikut berperan aktif dalam pengembangan perfilman nasional, termasuk produksi film dan animasi yang mengangkat tema kebangsaan.

Dengan demikian, Perfiki Kreasindo bukanlah bagian dari BUMN melainkan entitas swasta yang bergerak dalam industri perfilman.

Perfiki Kreasindo berkembang sebagai bagian dari yayasan perfilman nasional yang memiliki sejarah panjang dalam produksi film dan animasi bertema kebangsaan.

Baca Juga: Habis Rp 6 Miliar? Ini 5 Blunder Fatal Film Merah Putih One For All yang Bikin Dihujat

Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail adalah lembaga swasta yang didedikasikan untuk memajukan industri film nasional dan tidak dikendalikan langsung oleh pemerintah.

Proyek ambisius ini dijalankan di bawah kepemimpinan Toto Soegriwo sebagai produser, didampingi oleh Sonny Pudjisasono sebagai produser eksekutif. Sementara itu, Endiarto dan Bintang Takari bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis naskah.

Sedangkan tim pengisi suara melibatkan talenta muda seperti Neka, Yahya, Nabila Yasmin, Sky, Nathan, Billy, Kenneth, Rangga, Bintang, Vienkan Bahreys, dan Elsya H. Syarief. Kabarnya film animasi durasi 70 menit ini memakan biaya produksi sebesar Rp6,7 miliar.

Menariknya, informasi detail mengenai manajemen Perfiki Kreasindo sulit ditemukan. Website resmi perfiki.com menampilkan pesan "403 Forbidden", membuat akses informasi publik terbatas.

"Merah Putih: One For All" pun tampaknya adalah produksi film pertama yang digarap oleh Perfiki Kreasindo, yang digarap sejak Juni 2025. Hal ini terlihat dari akun Instagram Perfiki yang baru beroperasi sejak 2024, dan terlihat belum ada proyek lain yang dipromosikan.

Meski mendapat kritik keras, film animasi ini memperoleh dukungan dari Kementerian Ekonomi Kreatif. CEO Perfiki Kreasindo, Endiarto, bahkan pernah bertemu Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha untuk membahas prospek rumah produksinya.

Sinopsis 'Merah Putih: One For All'

Merah Putih: One For All [Instagram]
Merah Putih: One For All [Instagram]

'Merah Putih: One For All mengikuti kisah sekelompok anak dari berbagai etnis. Diceritakan di sebuah desa yang damai, sekelompok anak terpilih menjadi "Tim Merah Putih" untuk mengemban tugas mulia menjaga bendera pusaka menjelang Hari Kemerdekaan.

Delapan anak dari berbagai latar belakang budaya, yakni Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa pun bersatu dalam misi heroik. Mereka harus menyelamatkan bendera merah putih pusaka yang hilang secara misterius tiga hari sebelum upacara 17 Agustus.



Demi mewujudkan tujuan mulia mengibarkan bendera saat Hari Kemerdekaan, mereka harus berani mengatasi perbedaan di antara mereka. Anak-anak ini juga harus menaklukkan rintangan alam seperti sungai, hutan, dan badai.

Petualangan mereka untuk menemukan bendera juga diiringi dengan pergulatan batin. "Merah Putih: One For All" disebut penuh dengan momen lucu, menegangkan, emosional, dan menggugah jiwa, sarat nilai persatuan, persahabatan, serta semangat cinta

Kritik Netizen

Merah Putih: One For All [Instagram]
Merah Putih: One For All [Instagram]

Meski mengusung semangat nasionalisme yang kuat, trailer "Merah Putih One For All" menuai kritik tajam. Sejumlah warganet menilai animasinya masih terlihat kaku, alur cerita terkesan klise, dan kualitas visual belum mampu menyaingi standar animasi modern. Bahkan ada yang membandingkannya dengan grafis video game era PlayStation 2.

Tak hanya trailer, poster "Merah Putih: One For All" yang dirilis juga menuai kritik dari para netizen. Banyak yang menilai bahwa poster tersebut memiliki kualitas ala kadarnya, bahkan dianggap sebagai karya yang justru mempermalukan kualitas perfilman Indonesia.

Dengan pertumbuhan industri animasi lokal yang pesat, ekspektasi penonton juga meningkat tajam. Standar baru ini terutama dipicu oleh kesuksesan film "Jumbo", yang rilis belum lama ini. Film arahan sutradara Ryan Adriandhy itu dianggap berhasil membawa angin segar dan menetapkan tolok ukur baru bagi animasi Indonesia.

Dengan dukungan lebih dari 400 kreator, Jumbo memukau dari segi visual yang halus dan penuh warna. Tak hanya itu, Jumbo juga menyajikan cerita universal tentang persahabatan, keluarga, dan empati yang mampu menyentuh penonton dari segala usia.

Film "Jumbo" bahkan telah ditonton oleh lebih dari 10 juta orang di Indonesia, menjadikannya film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. Film ini berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh "KKN di Desa Penari".

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI