Fesyen Lokal Lawan Gempuran Barang Murah Impor: Bisakah Bertahan?

Minggu, 05 Oktober 2025 | 20:07 WIB
Fesyen Lokal Lawan Gempuran Barang Murah Impor: Bisakah Bertahan?
Bazar brand fesyen Glamlocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Baca 10 detik
  • Serbuan produk impor murah dari Tiongkok jadi ancaman industri fesyen lokal.
  • Tak cuma merusak harga pasaran, ada juga ancaman plagiasi.
  • Pelaku UMKM pun berharap pemerintah mau lebih berpihak pada brand fesyen lokal.

Suara.com - Di balik mulai menggeliatnya produk fesyen lokal, ternyata ada tantangan besar berupa serbuan produk impor murah dari Tiongkok. Tak main-main, ada produk lokal yang desainnya dijiplak hingga dijual dengan harga miring.

Koordinator Bazar GlamLocal, Rizky Azhar, mengatakan serbuan produk fesyen impor dinilai cukup memberatkan karena barang impor tersebut merusak harga pasar di Indonesia.

"Dibilang bersaing? Enggak. Tapi memang sudah pasti merusak harga, karena kan produk-produk impor terutama dari China itu harganya merusak pasar di Indonesia,” ujar Rizky dalam acara Warehouse Sale GlamLocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Perempuan yang akrab disapa Kiky itu mencontohkan, harga produk impor bisa tiga kali lebih murah dibandingkan produk lokal dengan kualitas dan jenis barang yang sama.

“Bisa bahkan, ada yang tiga kali lebih murah gitu. Misalkan kita di sini jual harga Rp300 ribu, dari mereka bisa Rp100 ribu atau Rp120 ribu, ya dengan mungkin barang yang sama, kualitas yang sama,” ungkap Kiky.

Bazar brand fesyen Glamlocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Bazar brand fesyen Glamlocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Kiky lantas menjelaskan produk fesyen dari sisi produksi juga kalah jauh dibanding impor. Ini karena produk lokal masih mengandalkan produksi rumahan alih-alih menggunakan teknologi pabrikan dengan kapasitas besar.

“Beda, skala produksinya aja udah beda kan, antara kita lokal yang memang rumahan dengan yang skalanya udah besar banget di China. Jadi mereka bisa cutting cost banyak banget di situ, sementara kita tidak akan bisa ngejarnya,” tambah Kiky.

Meski begitu, Kiky mengaku bersyukur saat ini masyarakat Indonesia punya kepercayaan cukup besar terhadap produk fesyen lokal. Selain karena peran media sosial, keberpihakan masyarakat juga terlihat dari bazar online-to-offline seperti GlamLocal yang kali ini digelar di Kota Kasablanka pada 1–5 Oktober 2025.

Kondisi ini juga terjadi berkat konsistensi brand fesyen lokal yang mau terus memperbaiki kualitasnya. Bahkan dari sisi desain, brand fesyen lokal tidak kalah dengan produk impor.

Baca Juga: Riset: Merek Fesyen Dunia Ketergantungan Bahan Bakar Fosil, Saatnya Berbenah

Bazar brand fesyen Glamlocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Bazar brand fesyen Glamlocal di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (1/10/2025) (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Namun mirisnya, brand fesyen lokal masih dibayangi ancaman plagiasi desain yang ‘dicontek’ oleh brand impor.

"Kadang kan tiap brand punya ciri khas desain masing-masing, tapi bahkan ada beberapa brand yang memang desain original-nya ditiru sama pihak China,” ungkap Kiky.

Karena itu, Kiky berharap pemerintah mau lebih berpihak pada brand fesyen lokal dengan memperketat regulasi, tujuannya agar ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetap terjaga.

"Karena kan kalau kita nih UMKM di sini, mereka pasti produksinya dalam negeri. Konveksinya yang pekerjanya pasti dalam negeri, tetangga-tetangga sekitar, ibu-ibu, bapak-bapak yang dekat-dekat sekitar gitu lah, memberdayakan warga sekitar," kata Kiky.

"Tapi kalau produk impor di sana, skalanya industri. Dalam sehari mereka bisa produksi jutaan baju dengan cepat,” sambungnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI