Suara.com - Tahun ini merupakan tahun ke sepuluh, mantan Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri tidak mau memenuhi undangan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk turut menghadiri upacara peringatan HUT RI di Istana Negara.
Berbagai kalangan mengatakan absennya Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut gara-gara memiliki persoalan pribadi dengan Ketua Umum Partai Demokrat. Konflik pribadi terjadi setelah SBY memutuskan untuk ikut berlaga di bursa pilpres tahun 2004 dan kemudian berhasil mengalahkan Megawati.
Banyak pihak yang menginginkan Megawati dan SBY rekonsiliasi atau memulihkan hubungan kembali demi kebaikan bangsa dan negara.
Menanggapi dorongan agar Megawati dan SBY rekonsiliasi, Direktur lembaga survei Populi Center, Usep S Ahyar, mengatakan itu sangat bagus dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Karena, kan keduanya tokoh bangsa yang memang harus begitu," kata Usep kepada suara.com, Minggu (17/8/2014). "Itu bisa menjadi contoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara."
Usep mengatakan kompetisi bukan berarti membiarkan permusuhan terjadi, apalagi sampai berlarut-larut.
Tetapi, Usep yakin pada akhirnya hubungan antara Megawati dan SBY akan pulih kembali.
Ditanya siapa yang harus memulai menjalin hubungan, Usep mengatakan idealnya keduanya saling memulai.
"Kan ini bukan persoalan menang kalah, toh. Kalau berbangsa dan bernegara kan bukan kalah menang, semuanya dalam konteks itu semuanya menang," kata dia.
Mengenai siapa yang memulai, menurut Usep itu persoalan teknis. Bisa saja, kedua tokoh mengirimkan utusan untuk mengawali rekonsiliasi.
"Tidak perlu dibikin rumit kalau dalam konteks bangsa dan negara, mumpung 17 Agustus," kata Usep.