Untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia sudah disederhanakan, tinggal klik https://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia. Urusan ini sudah dipangkas, dari tiga minggu menjadi tiga jam saja.
“Ini adalah peraturan paling mudah di dunia. Klik https://yachters-indonesia.id, semuanya pasti beres. Sekarang tiga jam, sudah dapat izin. Ke depan malah bisa 1 jam. Silakan datang dan berlayar ke Indonesia," ajak Raymond.
Biayanya?
Para yachter hanya dikenakan biaya sebesar Rp 30.000. Berarti tidak lebih dari $ 3 New Zealand. Dengan beban biaya yang sangat ringan itu, mereka sudah bisa menikmati Raja Ampat, snorkeling site terbaik dunia versi Cable News Network (CNN). Bisa juga menikmati Labuan Bajo, peringkat dua dunia untuk kategori snorkeling site dunia versi CNN.
"Sekarang malah sudah ada Peraturan Presiden 105/2015, yang memayungi pengurusan dokumen custom, immigration, quarantine, port (CIQP) di 18 pelabuhan. Dan yacht bisa tetap tinggal di Indonesia selama tiga tahun," kata Raymond lagi.
Ke-18 pelabuhan yang dimaksud adalah Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), serta Kumai (Kotawaringin Barat). Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak.
Bagaimana dengan respons komunitas Royal New Zealand Yacht Squadron?
“Saya hanya bisa bilang wow. Sekarang Indonesia sudah membuka diri lewat penyederhanaan aturan. Saya sangat merekomendasikan anggota kami untuk berlayar ke Indonesia. Alamnya indah, penduduknya ramah, dan yang lebih penting lagi, Indonesia bebas cyclone,” terang Commodore Royal New Zealand Yacht Squadron, Andy Anderson.
Dan tak hanya Andy yang memberi komentar. Anggota Royal New Zealand Yacht Squadron asal Auckland, Nathan Mitchell malah langsung membatalkan agenda berlayar ke Fiji.
“Indonesia sepertinya sangat menarik. Saya putuskan, Agustus nanti saya tidak jadi ke Fiji. Saya pilih berlayar ke Indonesia. Saya ingin masuk ke hutan, melihat kehidupan satwa liar. Bahkan nanti saya akan ikut mengajar warga pedalaman yang ada di dalam hutan,"papar Nathan. (*)