Driver Gojek Kompak Kepung Kantor Pusat, Ini Alasan Sesungguhnya

Siswanto Suara.Com
Senin, 03 Oktober 2016 | 15:52 WIB
Driver Gojek Kompak Kepung Kantor Pusat, Ini Alasan Sesungguhnya
Driver Gojek demo kantor pusat PT. Gojek Indonesia, Jalan Kemang Selatan, Jakarta Selatan [suara.com/Yulia Enggarjati]

Suara.com - Driver Gojek di Ibu Kota Jakarta yang tergabung dalam Solidaritas Gojek Indonesia , hari ini, demonstrasi ke kantor pusat PT. Gojek Indonesia, Jalan Raya Kemang, Jakarta Selatan.

Ada tujuh tuntutan mereka. Pertama, meminta Gojek Indonesia menghapus kriteria performa untuk menilai para driver. Kriteria ini dianggap menyulitkan driver mendapatkan banyak bonus.

Kedua, menuntut Gojek Indonesia membuat payung hukum yang independen, terutama terkait untuk menampung aspirasi driver.

Ketiga, menuntut Gojek Indonesia transparan dalam setiap kebijakan dan sistem yang dibuat.

Keempat, menuntut Gojek Indonesia untuk menstabilkan sistem menjadi lebih baik.

Kelima, menuntut memberikan kebijakan peraturan yang sewajarnya.

Keenam, menuntut untuk menghilangkan sistem suspend yang menurut mereka tidak jelas alasannya.

Ketujuh, menuntut Gojek Indonesia memberikan kebijakan tarif yang rasional untuk seluruh driver Indonesia.

Driver bernama Yosi mengatakan penilaian terkait performa sangat berpengaruh pada pendapatan bonus. Jika performa kurang dari 50 persen, bonus pun tidak mengalir.

“Kalau bonus bisa cair kalau performa 50 persen ke atas,” kata dia.

Yosi menjelaskan jika driver membawa penumpang kurang dari 10 kilometer, nilai poin satu, tapi kalau lebih dari 10 kilometer poin yang diperoleh dua. Jika sudah mendapatkan 10 poin, bonus yang didapat Rp20 ribu. Kemudian jika poin meningkat menjadi 12, pengemudi dapat bonus Rp60 ribu. Bonus yang sama berlaku jika pengemudi mendapat poin di atas 12.

“Bonus itu didapat kalau dapat 10 poin ke atas," kata Yosi kepada Suara.com.

Yosi mengungkapkan kendala yang ditemui pengemudi hingga tak bisa mencapai ketentuan nilai 50 untuk performa yaitu adanya penumpang fiktif. Penumpang fiktif ialah mereka order, tetapi setelah dihubungi nomornya tidak aktif.

Ketika pengemudi tidak mengambil orderan karena tujuannya jauh, pengemudi kena denda yaitu pengurangan nilai performa.

“Kenapa kita tidak memilih yang jauh karena waktu habis di jalan. Pertama macet, kedua jarak. Jadi orderan sehari dikit,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI