Ahok Tersangka, Polisi Pengawalan Kampanye Ditambah

Rabu, 16 November 2016 | 15:27 WIB
Ahok Tersangka, Polisi Pengawalan Kampanye Ditambah
Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok didampingi calon Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat dan tim pemenangannya memberikan keterangan terkait penetapan Ahok sebagai tersangka. [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepolisian terus mengawal proses kampanye calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta pasangan nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat selama blusukan ke sejumlah kampung - kampung tersebut. Karena mendapat penolakan dari sekelompok warga.

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M. Iriawan mengatakan telah menerjunkan 1 Satuan Setingkat Kompi yang terdiri dari puluhan personil untuk melakukan pengawalan kepada pasangan calon.

"Personil melekat tetap, kalau kebutuhan untuk kampanye kita tambah, karena kan harus aman. Kalau kampanye di kecamatan kita tambahkan 1 SSK, sekitar 90 orang. Kalau memang kurang kita tambah. Kalau cukup kita bisa kurangi," kata Iriawan di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (16/11/2016).

Dalam Blusukan Ahok sebelumnya, pengawalan 1 SSK sudah diterjunkan, untuk mengantisipasi kelompok masa yang menolak ahok tersebut, kata, Iriawan, bila ada penambahan personil nantinya melihat kondisi di lapangan.

"Kemarin, sudah kami turunkan 1 SSK karena kita lihat masa yang menghadang, tergantung situasi yang mengganggu jalannya kampanye. Sekarang kan ancaman kepada nomor urut dua, ya kita lakukan itu harus jalan (Kampanye)," kata Iriawan.

Iriawan menambahkan untuk menyukseskan pilkada Jakarta 2017, tidak melakukan pengamanan terhadap pasangan calon nomor urut dua saja, tetapi juga para pasangan calon lainnya.

"Kampanye harus berjalan. Dari mana pun pasangan calon itu. Pasangan nomor urut satu, dua, dan 3 tidak boleh diganggu," ujar Iriawan.

Selama ini, Ahok dan Djarot sering mendapatkan penolakan dari sekelompok warga, seperti di wilayah Ciracas, Rawa Belong, dan Kedoya. Warga yang menolak biasanya datang dari luar daerah yang didatangi Ahok-Djarot. Mereka menolak dengan alasan Ahok menistakan agama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI