Panglima Kagumi Pidato Presiden tentang Pancasila, Ini Sebabnya

Kamis, 01 Juni 2017 | 12:11 WIB
Panglima Kagumi Pidato Presiden tentang Pancasila, Ini Sebabnya
Presiden Joko Widodo memimpin upacara Harlah Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017). (Suara.com/Dian Rosmala)

Suara.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo memuji pidato Presiden Joko Widodo ketika menjadi inspektur upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).

Dalam pidato tersebut, kata Gatot, Jokowi menjabarkan peristiwa kelahiran ideologi bangsa Indonesia. Kelahiran ideologi ini kemudian berdampak baik bagi perkembangan negara ini.

"Jadi ini kejadian yang sangat luar biasa beliau menjelaskan dalam pidatonya sejarah lahirnya Pancasila, dan ini memang sesuatu yang harus karena bagaimana generasi kita selanjutnya dibilang lahirnya Pancasila kapan tidak tahu. Jadi ini sangat baik sekali untuk bangsa Indonesia," kata Gatot usai mengikuti upacara.

Gatot juga mengapresiasi Presiden Jokowi yang telah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional peringatan Hari Lahir Pancasila.

"Upacara ini yang benar benar fundamental bagi ideologi pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa indonesia," ujarnya.

Gatot mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ini dalam kehidupan sehari-hari.

"Ini yang saya katakan, kalau sampai di sini saja buat apa. Tapi bagaimana diimplementasikan di kehidupan sehari hari maka pancasila itu, ketuhanan yang maha esa itu apa sih, kan gitu. kemanusiaan yang adil dan beradab itu apa, itu kan cara berinteraksi sesama manusia. kemudian cara beragama kita menyembah pada Tuhan yang maha esa. kemudian cara berbangsa persatuan Indonesia. Kemudian cara berdemokrasi sila keempat. Sila kelima apa yang akan kita tuju. Nah ini semua harus diajarkan sejak dini," ujar Gatot.

Widodo menegaskan kodrat bangsa lndonesia adalah kodrat keberagaman. Takdir Tuhan untuk bangsa ini adalah keberagaman.

Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman, dari Miangas sampai Rote adalah keberagaman. Berbagai etnis, berbagai bahasa lokal, berbagai adat istiadat, berbagai agama, kepercayaan, serta golongan bersatu padu membentuk lndonesia.

“ltulah Bhinneka Tunggal Ika kita, Indonesia,” kata Presiden Jokowi.

Kebinnekaan, lanjut Presiden, selalu diuji. Ada pandangan dan tindakan yang selalu mengancamnya. Ia menyebutkan, ada sikap tidak toleran yang mengusung ideologi lain selain Pancasila. Dan semua itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial, oleh berita bohong, oleh ujaran kebencian yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.

Presiden Jokowi mengingatkan bangsa ini harus belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui oleh radikalisme dan konflik sosial, yang dihantui oleh terorisme dan perang saudara. Namun dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal lka, tegas Presiden, kita bisa terhindar dari masalah-masalah tersebut. Kita bisa hidup rukun dan bergotong-royong untuk memajukan negeri ini.

“Dengan Pancasila, lndonesia adalah rujukan masyarakat internasional untuk membangun kehidupan yang damai, yang adil, yang makmur di tengah kemajemukan dunia,” terang Presiden.

Oleh karena itu, Kepala Negara mengajak peran aktif para ulama, para ustadz, para pendeta, para pastor, para bhiksu, para pedanda, para pendidik, para budayawan dan pelaku seni, para pelaku media, dan jajaran pemerintahan, TNI dan Polri, serta seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama menjaga Pancasila.

“Pemahaman dan pengamalan Pancasila harus terus ditingkatkan. Ceramah keagamaan dan materi pendidikan, fokus pemberitaan dan perdebatan di media sosial harus menjadi bagian dalam pendalaman dan pengamalan Pancasila,” tutur Kepala Negara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI