"Saya paling khawatir kalau masuk malam mulai jam sembilan malam sampai jam enam pagi. Kami yang berada di gardu tidak pernah mengetahui benar apakah pengemudi yang akan masuk itu mengantuk atau tidak. Itu berbahaya karena dia bisa menabrak pembatas jalan," kata pria yang pernah bekerja di industri garmen di Gunung Putri, Bogor itu.
Kendaraan-kendaran golongan tiga dan empat seperti truk gandeng maupun truk kontainer adalah jenis kendaraan yang paling dikhawatirkan Dian saat bertugas malam.
"Suatu saat pernah ada pengemudi truk kontainer yang mengantuk. Truknya oleng dan menabrak pembatas gerbang tol di sini," kata Dian.
Selain khawatir pengemudi yang mengantuk pada perjalanan malam hari, Dian juga mengaku pernah menghadapi pengemudi yang memberikan uang palsu saat akan membayar uang jasa tol.
"Pengemudi nakal itu ada saja. Sesekali saya menerima uang palsu. Saya tahu itu palsu. Saya kembalikan uang itu dan meminta uang yang lain. Tapi, dia bilang dapat uang itu dari petugas lain. Saya tetap tidak percaya," ujarnya.
Setidaknya, Dian bersyukur karena ada para pengguna jalan yang berbaik hati saat dia bertugas pada kelompok kerja siang hari.
"Pada saat Ramadhan kemarin, saya dikasih donat oleh pengguna jalan. Dia bertanya apakah saya sudah membatalkan puasa. Saya jawab saya sudah minum air putih. Lalu, dia menyodorkan sekotak donat dan meminta saya untuk mengambil," ujarnya.
Selain berkah dari para pengguna jalan tol yang baik hati, Dian juga bersyukur mendapatkan tambahan uang makan saat bekerja pada hari Lebaran pertama dan kedua.
"Ketika kami bertugas di gardu dan kelaparan, kami meminta teman lain yang bertugas membantu kami untuk membeli makanan. Tapi pada hari pertama dan kedua lebaran, perusahaan menyediakan makanan untuk kami," katanya.
Baca Juga: Keluarga Akui Teroris Penikam 2 Brimob adalah Mulyadi
Keresahan yang sama juga dirasakan penjaga gerbang pintu Tol Cikampek Wahyu Sumarna (35). Ia mengakui sempat khawatir pekerjaan yang telah ditekuninya selama tujuh tahun akan digusur oleh gardu tol otomatis.
"Sebelum ada tol Cikopo-Palimanan, kami yang bertugas di Cikampek seakan tidak ada hentinya melayani pengguna jalan tol. Mereka mengantre hingga Dawuan," kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, pekerjaannya tergantikan pintu gardu tol otomatis bahkan sistem pembayaran jalan elektronik (ERP). Setidaknya ribuan pekerja gardu tol sepertinya juga akan mengalami nasib yang sama.
"Saya merasa senang bekerja di sini karena sudah menganggap rekan-rekan kerja seperti keluarga sendiri," ujar Wahyu.