Untuk itu Kementerian Perhubungan tidak mau ambil risiko, jika arah angin membawa abu vulkanik ke wilayah bandara, sehingga Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai harus ditutup.
Semua itu sebagai antisipasi dan skenario, karena hingga saat ini penerbangan jalur nasional dan internasional nasih berjalan normal.
Untuk mendukung kelancaran peralihan penerbangan ke sembilan bandara terdekat dari Bali juga menyiapkan sekitar 300 unit bus yang disiagakan untuk melayani penumpang di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali untuk menempuh jalur darat ke Banyuwangi dan Surabaya, Solo maupun ke Mataram, NTB.
Hal itu sudah dilakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Kota Denpasar dan Organda yang paling berperan serta Damri.
Kepala Balai Pengelola Tansportasi Darat Wilayah Bali dan NTB, Agung Hartono, menjelaskan, jika calon penumpang ingin meneruskan perjalanan dengan jalan darat, maka wisatawan dapat menggunakan bus melalui tiga titik yakni terminal Ubung Denpasar, Mengwi di Kabupaten Badung dan Pelabuhan Benoa Denpasar.
Rencana mitigasi itu pernah diterapkan dalam menangani penumpang ketika Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai terdampak abu vulkanik Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Barujari, di Lombok, NTB.
Di Bali terdapat sekitar 2.300 unit bus yang terdiri atas 1.800 unit bus pariwisata dan 500 bus antarkota antarprovinsi. Setelah dilakukan penghitungan bersama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, diperkirakan sekitar 300 bus dapat diarahkan untuk pelayanan penumpang wisatawan gagal terbang jika Gunung Agung erupsi.
Hingga saat ini meningkatnya aktivitas gunung api tidak mengganggu kegiatan wisatawan dalam dan luar negeri menikmati liburan di Pulau Dewata, karena jika terjadi kondisi terburuk daerah terdampak sejauh sepuluh kilometer, seperti yang diungkapkan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.
Wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Bali hingga kini sama sekali tidak terpengaruh oleh peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung yang meningkat, karena jaraknya sekitar 85 kilometer timur Denpasar.
Demikian pula masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar lereng Gunung Agung yang kini sudah menjauh dalam radius 12 kilometer agar tenang di tempat pengungsian, sambil berdoa memohon ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, agar dapat mengendalikan aktivitas Gunung Agung untuk kembali normal sekaligus menyelamatkan bumi beserta seluruh isinya. [Antara]