Kritik Pemerintah, SBY: Keluarga Sering Tak Tega Saya Di-bully

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 12 September 2018 | 20:47 WIB
Kritik Pemerintah, SBY: Keluarga Sering Tak Tega Saya Di-bully
Liburan keluarga SBY di Temanggung. [Instagram]

Suara.com - SBY, Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI, mengakui kerap dirisak karena mengkritik pemerintah, sehingga membuat keluarganya bersedih hati.

Susilo Bambang Yudhoyono, yang baru merayakan ulang tahun ke-69 pada Minggu (9/9) akhir pekan lalu itu menuturkan, sebagai pentolan partai politik, dia sering memublikasikan pemikirannya terhadap beragam persoalan.

Tapi, SBY menyadari komentar-komentarnya melalui akun media sosial Twitter tersebut sering mengundang reaksi negatif, bahkan di-bully warganet maupun publik.

Hal itulah yang diungkapkan SBY dalam ”curhatnya” di Twitter, Rabu (12/9/2018).

”Diiringi rasa syukur, saya ucapkan terima kasih kepada para sahabat yang memberikan selamat, pesan dan harapan, atas ultah saya pada 9 September 2018. Dari ratusan ribu pesan yangg saya terima, intinya ada tiga. Ucapan selamat; terima kasih 10 tahun kepemimpinan saya, dan ’SBY Jangan Diam Saja’,” tulisnya.

Untuk publik yang mengirimkan pesan agar dirinya tak tinggal diam, SBY mengakui sebenarnya terus berpikir dan berkontribusi agar Indonesia semakin maju. Salah satunya adalah menyampaikan pandangannya kepada negara dan pemerintah baik dalam pidato maupun media sosial.

SBY menegaskan, dirinya konsisten mendukung kebijakan dan tindakan pemerintah yang tepat dan prorakyat.

Tapi, kata dia, dirinya juga tetap menyampaikan kritik dan saran kalau yang terjadi dalam pemerintahan dan negara adalah hal sebaliknya.

SBY juga memaklumi, setiap pernyataannya itu selalu menimbulkan pro dan kontra. Bahkan, ada pula pihak yang marah.

Baca Juga: Disebut Cawapres Stuntman, Erick Thohir: Nggak Apa-apa, Kan Bagus

”Memang keluarga dan para sahabat saya sering tidak tega kalau saya ’di-bully' habis, gara-gara pandangan dan saran saya kepada pemerintah. Namun, itulah demokrasi,” tukasnya.

SBY mengakui, tidak etis sebagai mantan presiden untuk setiap hari berbicara, apalagi kalau bikin gaduh. Ia menegaskan, hal itu bukanlah karakternya. Tapi dalam kasus-kasus tertentu, ia diharuskan untuk memberikan pernyataan, seperti pada masa Pemilu 2019 nanti.

”Seringkali diam itu emas. Nah, sebagai pemimpin partai politik, dalam keadaan tertentu, saya mesti berbicara secara terukur dan konstruktif. Ingat, speak is silver. Dalam kampanye Pemilu 2019 ini, izinkan saya untuk lebih sering berbicara, agar rakyat tahu apa yang akan Demokrat lakukan jika kelak dapat amanah,” pintanya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI