Suara.com - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin memiliki pemikiran bahwa Pancasila sebagai satu titik temu bangsa Indonesia yang majemuk. Menurutnya, Pancasila sebagai dasar negara bisa menyatukan tokoh nasionalis dengan kelompok Islam.
Maruf Amin bersyukur kalau Indonesia pernah dipimpin oleh Soekarno yang berhasil meletakkan dasar negara. Padahal menurutnya, sangat sulit jika ingin membuat landasan dalam berbangsa dan bernegara bila dilihat dari beragamnya latar belakang masyarakat Indonesia.
"Buat kita pancasila adalah titik temu, ini saya kira kita harus memberikan penghargaan pada proklamator kita bung Karno yang berhasil merumuskan pancasila yang akhirnya diterima sebagai dasar daripada bangsa kita," kata Ma'ruf melalui rekaman suara dalam sebuah acara diskusi di Megawati Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).
Menurutnya, Pancasila dipandang oleh tokoh nasionalis sebagai kebangsaan yang religius. Sedangkan bagi kelompok Islam, pancasila dipandang sebagai kebangsaan yang bertauhid.
Ma'ruf Amin juga menilai Pancasila sebagai titik temu dari seluruh kelompok yang ada di Indonesia. Orang Islam, kata Ma'ruf menamakannya sebagai kalimatun sawwa atau yang artinya ialah seluruh bangsa Indonesia.
"Karena itu UUD 45 bagi umat Islam disebut kesepakatan nasional, ittifaq wathoniyah. Kesepakatan sesama saudara sebangsa dan setanah air," ujarnya.
Oleh karena itu, Ma'ruf Amin meminta masyarakat untuk menjaga ketahanan Pancasila dan UUD 1945 yang telah menjadi pilar bagi negara Indonesia. Ma'ruf Amin sempat memaparkan upaya untuk menjaga pilar tersebut memiliki kendala sendiri yakni pemahaman agama yang begitu radikal.
"Kelompok-kelompok penganut paham radikal, ini sama sekali tidak mengenal kesepakatan, yang mereka kenal adalah Islam kaffah, padahal kita di Indonesia adalah Islam kaffah ma'al mitsah. Islam yang itu tapi ada mitsah. Tentu berbeda dengan Saudi tidak ada mitsah, karena mereka tidak majemuk. Kita di sini sudah ada kesepakatan dan itu mengikat," paparnya.
Meskipun begitu Maruf Amin meyakini para ulama di Indonesia sudah bisa menyelesaikan pertentangan antara kebangsaan juga keagamaan.
Baca Juga: Oksana Voevodina, Eks Miss Moskow Jadi Permaisuri Raja Malaysia
"Tapi para ulama kita di Indonesia sudah dapat menyelesaikan, mengkompromikan antara Islam dan kebangsaan. Sehingga Islam dan kebangsaan tidak ada lagi pertentangan, tidak ada lagi konfrontatif," pungkasnya.