Mahasiswa lainnya, Muhammad Ramadan, mengaku harus bermalam bersama warga desa semalam suntuk di perbukitan kebun cokelat. Mereka bermalam hanya memakai tenda dan terpal yang diambil dari sisa-sisa puing rumah warga yang hancur.
"Kondisi Pulau Legundi sudah porak poranda. Hampir semua rumah warga hancur. Semuanya di bukit. Saya ambil tenda dan terpalnya dari pemukiman. Pas paginya, saya turun lagi ambil makanan untuk kebutuhan konsumsi. Siangnya baru dievakuasi naik kapal Marinir dan Polair menuju Dermaga Panjang dan Lampung," sambungnya.
Munasik, dosen Ilmu Kelautan sekaligus Sekretaris Dewan Kelautan FPIK Undip memperkirakan Pulau Legundi belum bisa pulih sepenuhnya pasca tsunami. Pihaknya mengkhawatirkan ekosistem terumbu karang yang terkoyak akibat gelombang tsunami.
"Semoga terumbu karang di sana tak rusak parah. Kami akan cek kembali. Kita akan bantu rehabilitasi pulaunya. Banyak pula rumah nelayan di pesisir pantai rusak," tuturnya.
Tsunami melanda kawasan sekitar Selat Sunda pada, Sabtu (22/12/2018) malam. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan tsunami kemungkinan terjadi karena longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat gerhana bulan purnama.
Kontributor : Adam Iyasa