Sebaliknya, Hersubeno melihat kesediaan Prabowo bersamuh dari sudut pandang Jokowi sebagai simbol kemenangan politik. Semacam kepatuhan lawan politik terhadap Jokowi.
Sebab, persamuhan yang berlangsung di stasiun MRT dapat dimaknai sebagai tolak ukur keberhasilan Jokowi di bidang infrastruktur.
"Dari sisi Jokowi, kesediaan Prabowo untuk bertemu merupakan simbol kemenangan politik. Penyerahan diri dan simbol kepatuhan lawan politiknya. Kendati petemuan dilakukan di tempat netral, stasiun MRT, harus dilihat bahwa proyek itu adalah simbol keberhasilan dan kebanggaan Jokowi di bidang infrastruktur," papar Hersubeno.
Kesamaan nasib antara Prabowo dan Pangeran Diponegoro ditampik Hersubeno. Mantan Danjen Koppasus tersebut memilih berpisah dengan pendukungnya yang mati-matian menolak rekonsiliasi.
"Berbeda dengan Pangeran Diponegoro, justru Prabowo tampaknya yang memilih untuk berpisah dengan para pendukung militannya. Para pendukung militan Prabowo kini dihadapkan pada pilihan sulit. Tidak ada pilihan lain mereka harus juga melepas Prabowo. Tanda-tanda bahwa Prabowo ditinggalkan para pendukungnya sudah bergema di medsos,"'ungkapnya.
"Bermacam meme bermunculan. Ada yang mengucapkan 'Selamat Tinggal Jenderal.' 'Selamat berpisah Pak Prabowo', 'Adios Amigos,' ada yang yang membuat meme 'Sayonara Prabowo.' Seorang emak-emak bahkan membuat status meniru gaya milenial 'Pak Prabowo, you and me, end!” tukas Hersubeno.