![Ani Sumiarti saat menyosialisasikan bank sampah dalam PPD Sleman 2019. [Suara.com/Reza Rachmanta]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/19/65292-ani-sumiarti-saat-menyosialisasikan-bank-sampah-dalam-ppd-sleman-2019.jpg)
Penjelasan tentang bank sampah yang dikelolanya menarik rasa ingin tahu saya lebih jauh. Tak ingin menyiakan waktu, usai meliput kompetisi E-sport Mobile Legends, saya berinisiatif bertanya lebih jauh mengenai aktivitas Ani Sumiarti yang menjalankan pengelolaan bank sampah bersama kelompoknya.
Bak gayung bersambut, keinginan itu pun membuahkan hasil. Saya disodori banyak brosur dan buku panduan mengenai tata kelola sampah. Pun tak hanya itu, saya juga diundang mengunjungi Bank Sampah Kasturi yang berada di RT 04 RW 12 Karangasem Gempol, Condongcatur, Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Persoalan Sampah di Yogyakarta
Berbicara persoalan sampah, kekinian memang menjadi isu lingkungan yang cukup pelik. Saat ini di Yogyakarta hanya ada beberapa tempat pembuangan sampah yang bisa menampung tingginya volume sampah.
Pada Tahun 2018, Bappeda Yogyakarta mencatat daya tampung TPS di provinsi tersebut rata-rata mencapai 600 ton per hari. Sementara, volume sampah yang berhasil ditangani mencapai 583 ton per hari.
Tak selesai sampai di situ, isu sampah di Yogyakarta kembali menyeruak pada Maret 2019. Kala itu, TPST Piyungan mengalami masalah dan sempat ditutup sementara oleh warga sekitar.
Pun di wilayah Sleman, produksi rata-rata per harinya bahkan sudah mencapai lebih dari 600 ton per hari di awal 2019. Tentunya hal tersebut menimbulkan masalah tersendiri dan semakin menambah beban di TPST Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang ada di Piyungan, Bantul, Yogyakarta.
Persoalan tersebut tentunya memerlukan alternatif lain, untuk pengelolaan sampah yang selama ini hanya mengandalkan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST). Setidaknya, dibutuhkan peran bank sampah yang diharapkan mampu berkontribusi dalam mengelola plastik dan sampah agar bisa didaur ulang.
Hal tersebut seperti yang disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman Dwi Anta Sudibya. Dalam pernyataan tertulisnya, dia mengemukakan perlunya pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
"Pengurangan sampah yang ditetapkan 30 persen menjadi ujung tombak dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang telah dilakukan saat ini," katanya dalam pernyataan tertulis.
Baca Juga: Indonesia Kirim Balik 9 Kontainer Sampah Plastik ke Australia
Salah satu ujung tombak dalam pengelolaan berbasis masyarakat, yakni melalui bank sampah. Seperti yang dilakukan Bank Sampah Kasturi.
Saat ditemui di PPD Sleman 2019, Sekretaris Jejaring Pengelolaan Sampah Mandiri (JPSM) Sleman, sekaligus salah satu perintis Bank Sampah Kasturi, Ani Sumiarti, mengatakan perlu mengubah pola pikir masyarakat tentang sampah sehingga keberadaan sampah tidak menjadi masalah.
Keberadaan JPSM berupa bank sampah yang kini digandeng oleh DLH melalui sosialisasinya, diharapkan dapat mengurangi sampah sebanyak 30 persen.
Kunjungan ke Bank Sampah Kasturi
Minggu (11/8/2019) menjadi hari yang saya pilih untuk melihat aktivitas Bank Sampah Kasturi yang aktif dalam pengelolaan sampah. Meski terik matahari mulai menyengat, aktivitas di markas Bank Kasturi mulai ramai dikunjungi belasan hingga puluhan ibu-ibu yang akan menyetor sampah.
Berbagai barang sisa yang sudah tak terpakai, mulai dari jenis plastik hingga barang lainnya, ditenteng warga dalam kantong sampah di tangan mereka. Meski harus mengantre, mereka rela menunggu giliran menimbang tumpukan sampah plastik atau barang bekas lainnya yang akan disetor dan bakal menjadi saldo simpanan.