Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil resmi membuka Jambore Desa Kelurahan 2019, di Desa Sidaharja, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jumat (27/9/2019). Desa Sidaharja merupakan desa yang berada di perbatasan Jabar dengan Jawa Tengah.
Dalam sambutannya, Emil, demikian Ridwan Kamil disapa, minta kepada semua stakeholder untuk fokus membangun desa perbatasan yang menjadi gerbang masuk Jabar.
"Saya doakan semua lancar urusannya. Saya pesan ke Pak Dedi Supandi (Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) untuk fokus di desa perbatasan. Kita ubah istilahnya, yang awalnya disebut perbatasan, kini jadi gerbang masuk Jawa Barat, " kata Emil.
Menurut Emil, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar, saat ini memprioritaskan pembangunan desa lewat inovasi dan kolaborasi. Salah satunya dengan menggagas Desa Juara.
"Apa itu Desa Juara? Jika warganya bahagia dan tidak ada yang pindah dari desa, karena tinggal di desa, rezeki kota," katanya.
Ada tiga masalah krusial desa di Jabar. Pertama, ketimpangan angka kemiskinan dan digitalisasi pedesaan dengan perkotaan tinggi.
Kemudian, Indeks Desa Membangun di Jawa Barat masih rendah. Dari 5.312 desa, hanya 37 desa yang berstatus desa mandiri pada 2018. Problem terakhir berkaitan dengan sistem keuangan desa yang belum maksimal.
Berangkat dari tiga problem tersebut, Pemdaprov Jabar melahirkan inovasi bernama Desa Juara yang memiliki tiga pilar, yakni digitalisasi layanan desa, One Village One Company (OVOC), dan Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa).
Guna memperkuat ekonomi desa, sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0, Pemdaprov Jabar pun berupaya memperbaiki ekosistem digital dengan menggagas Desa Digital. Desa digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan informasi.
Baca Juga: Beredar Cuitan 'Sekolah Biar Enggak Jadi Polisi', Ridwan Kamil Klarifikasi
"Kita akan sisipkan teknologi untuk mengubah cara warga desa melakukan kegiatan ekonomi," ujar Emil.
Nantinya, seluruh pelayanan publik di desa akan didigitalisasi, koneksi internet akan dibenahi, command center dibangun, dan masyarakat desa dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan sekaligus mengenalkan produk unggulan di wilayahnya.
Di sektor perikanan, 1.039 kolam yang menggunakan teknologi smart auto feeder. Lewat teknologi itu, memberi pakan ikan bisa menggunaka gawai.
Hal tersebut membuat panen bisa naik dari dua menjadi empat kali dalam setahun. Persentase pendapatan pun melonjak sekitar 30 sampai 100 persen. Dengan koneksi internet yang lancar, pemasaran ikan pun dapat dilakukan secara online.
"Hasilnya panen yang biasa 2 kali setahun kini bisa sampai 3- 4 kali setahun," kata Emil.
Kemudian di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, nelayan dapat mendeteksi pergerakan arah ikan menggunakan aplikasi fish-finder. Teknologi tersebut memudahkan nelayan melacak keberadaan ikan di lautan.