Effendi mencontohkan saat pemadaman listrik di Jakarta beberapa bulan lalu, kereta MRT Jakarta otomatis akan berhenti. Dalam kondisi tersebut masinis memiliki peran mengendalikan kereta secara manual. Kata Effendi, di berbagai negara ada yang memakai sistem dan masih mengandalkan masinis.
"Kalau kita (pemadaman listrik nasional) Emergency Break, mati langsung. Lisensi Jepang paling aman itu. Jadi lebih aman untuk MRT Jakarta, karena kita baru, masinisnya baru. Kebayang kan kalau keretanya meluncur, kontrolnya nggak akan segampang itu. Jadi kita kita putuskan pakai Emergency Break dan evakuasi dan itu yang paling aman," kata Effendi.
Meski begitu, Ia pun memastikan di fase kedua nanti, MRT Jakarta akan tetap menggunakan masinis.
"Ke depan fase kedua masih sama karena satu jalur sistemnya sama, tapi kalau kita berpikir tanpa masinis," katanya.
Selain itu, untuk mendukung kenyamanan, MRT Jakarta didesain oleh kontraktor internasional.
"Saya bilang kenapa kita menuju World Class, karena ini desainnya dibuat oleh kontraktor internasional. Jadi ini tahan gempa sampai 9 Skala Richter. Jadi memang kuat sekali harusnya enggak roboh, kalau Jakarta rontok baru bubar," katanya.