Setelah warga mengungsi bersama polisi, para perusuh memasuki rumah mereka, membakar dan merampok seenaknya. "Kamu beruntung masih hidup," kata seorang polisi kepada Munazir. "Kami akan membawa kamu ke manapun kamu mau."
Ia diminta pergi ke rumah saudaranya di jalan yang dihuni warga mayoritas Muslim tak jauh dari situ.
Ketika ia sampai bersama keluarganya, ia menemukan 70 laki-laki, perempuan, dan anak-anak dari 11 keluarga setempat telah berlindung di tiga kamar kecil.
Di antara mereka ada seorang perempuan muda yang mengikat bayinya yang baru berumur enam hari ke pinggangnya dan melompati tiga atap untuk sampai ke tempat aman. Semua rumah mereka telah hancur.
Polisi membantu membawa beberapa orang ke tempat itu, dan sedikitnya 40 orang lainnya diselamatkan oleh seorang perempuan gagah berani yang merupakan pemilik bangunan.
"Kami masih bertanya-tanya mengapa polisi tidak kembali ke perumahan dan melindungi rumah-rumah kami. Kenapa mereka tidak memanggil bantuan? Apakah disengaja, ataukah mereka tidak punya cukup tenaga?" kata Fayaz Alam, seorang insinyur muda yang merantau ke Delhi untuk mencari pekerjaan.
Itulah mengapa sebagian besar dari 70 'pengungsi' di Khajuri Khas berutang nyawa kepada Mushtari Khatoon, perempuan tua yang mengumpulkan keberanian untuk menyeberang jalan utama, memasuki jalanan yang dilanda kerusuhan, dan mengantarkan perempuan dan anak-anak Muslim ke tempat aman pada pagi-pagi buta.
Ia melewati massa yang mengamuk dan pergi ke lokasi kerusuhan "empat sampai lima kali" untuk membawa mereka sejauh hampir satu kilometer ke rumahnya. Para perempuan dan anak-anak melompat dari atap ke atap sampai mereka menemukan bangunan yang aman untuk keluar.
Khatoon akhirnya menyelamatkan lebih banyak nyawa daripada polisi.
Baca Juga: Serbuan Coronavirus, Sektor Otomotif India Mulai Terpengaruh
"Mulai sekarang kami harus melindungi diri kami sendiri. Delhi tidak akan menyelamatkan kami lagi," ujarnya. Ada nada menantang, alih-alih putus asa, dalam suaranya.