Setelah kembali ke ruang IGD, proses MCU yang dimaksudkan tim medis nyatanya hanya pemeriksaan darah. Terkait tahapan rontgen, ternyata tidak dilakukan.
Saat menjalani tes darah, saya sempat bertanya kepada seorang perawat, "Kenapa tak sekaligus kami, para wartawan, mendapat pemeriksaan rontgen di radiologi?"
Jawaban sang perawat pun ternyata membuat saya cukup terkejut. Entah berbohong atau tidak, apa yang terlontar dari mulutnya jelas membuat saya khawatir.
Dia berkata kira-kira seperti ini, "Untuk pemeriksaan rontgen di sini memang ada. Tapi saya takut alatnya sudah terpapar [Covid-19]. Nanti, mas kalau saya periksa, takutnya dari sehat justru jadi sakit."
Sambil menahan rasa kesal sekaligus terkejut, saya tak membalas lagi jawaban perawat tersebut. Saya lebih memilih fokus untuk menyelesaikan tes darah.
Di ruang IGD sendiri, terdapat tiga ranjang untuk pasien. Dan beberapa kursi untuk orang-orang yang menunggu giliran.
Konsep pemeriksaan di ruang IGD tersebut pun menimbulkan pertanyaan. 'Kenapa pasien yang terlihat sehat maupun yang terlihat sakit --dengan gejala batuk, sesak nafas dan demam-- justru menjalani pemeriksaan di tempat yang sama?
Saat saya tengah berbaring untuk menunggu pemeriksaan darah, terdapat dua pasien di kanan saya yang merupakan pasangan suami istri.

Sang suami yang tepat berada di sebelah kanan saya terlihat masih sehat, kendati menunjukan gejala batuk ringan. Namun, keadaan sang istri, terlihat cukup parah. Dia terus-menerus batuk.
Baca Juga: Salah Saat Sebut Data Corona, Khofifah: Yang Benar ODP 91 dan PDP 36 Orang
Kondisi itu membuat saya berpikir bahwa pemeriksaan pasien yang disatukan seperti itu bukankah justru membuat penyebaran virus lebih cepat? Pada akhirnya, saya tak ambil pusing dan lebih memikirkan kondisi saya sendiri.
Setelah menunggu sekitar dua jam, hasil tes darah saya keluar. Dokter saat itu menjelaskan bahwa kondisi saya cukup normal.
Namun, berdasarkan angka leukosit, saya disebut rentan terkena virus. Angka leukosit saya sendiri berada di angka 6.0 dari nilai rujukan 3.8-10.6.
Kendati tes darah tak bisa menyimpulkan seseorang positif atau negatif Virus Corona, saya cukup tenang karena angka leukosit minimal bisa menjadi indikator terkait infeksi virus.
Dari hasil tes darah itu, petugas medis membekali saya resep obat, yang harus ditukarkan ke bagian kasir yang terletak satu ruangan dengan loket pendaftaran.
Obat yang diberikan tak banyak, hanya sirup pereda batuk, tablet pereda radang, serta tablet penambah imunitas.