Berdiri Sejak 1926, Tablighi Jamaat Dituding Jadi Biang Corona di India

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 03 April 2020 | 13:09 WIB
Berdiri Sejak 1926, Tablighi Jamaat Dituding Jadi Biang Corona di India
Suasana pertemuan Tablighi Jamaat di India pada 2002. (Foto: AFP)

Suara.com - Kelompok Tablighi Jamaat menjadi sorotan setelah acara yang mereka gelar di ibu kota India, New Delhi, memunculkan sejumlah klaster virus corona atau Covid-19 di seantero negeri.

Namun, kelompok apakah ini dan mengapa mereka menyelenggarakan acara besar-besaran di Delhi? Berikut laporan dari Wartawan BBC Hindi, Zubair Ahmed.

Siapakah Tablighi Jamaat?

Organisasi ini didirikan pada 1926 di kawasan Mewat, India utara, oleh seorang ulama Islam terkemuka, Maulana Mohammed Ilyas Kandhlawi.

Tujuannya adalah menanamkan Islam "sejati" di antara umat Muslim sedunia. Kala itu, banyak umat Muslim di India merasa bahwa identitas politik dan agama mereka terancam oleh kekuasaan kolonial Inggris.

Organisasi tersebut kemudian berkembang pesat di India yang saat itu belum terbagi menjadi beberapa negara.

Perkembangannya terus meningkat setelah India merdeka pada 1947, bahkan ketika Pakistan dan Bangladesh berdiri.

Apa Tujuannya?

Pendiri Jamaat, Mohammed Ilyas, suatu saat pernah berkata, "Oh umat Muslim jadilah Muslim yang baik". Perkataan itu menjadi inti dari tujuan utama Tablighi Jamaat—mengedepankan ajaran Islam di antara umat Muslim.

Baca Juga: Positif Terjangkit Corona, Pasutri Sepuh di India Dinyatakan Sembuh

Para anggotanya mengklaim Tablighi Jamaat adalah organisasi non-politis yang bertujuan membangun masyarakat Islam berdasarkan ajaran Quran.

Organisasi tersebut mengirim delegasi-delegasinya ke berbagai negara selama 40 hari dalam setahun dan terkadang dalam jangka waktu yang lebih pendek.

Para pensyiar dari organisasi itu menjalankan metode syiar agama orang-per-orang, sehingga mereka akan mendatangi rumah-rumah umat Muslim untuk menyampaikan ajaran Islam.
Apa yang terjadi di Delhi?

Pertemuan di Delhi merupakan acara tahunan yang berlangsung pada 3 Maret, sedangkan kapan berakhirnya ada berbagai versi. Yang jelas, saat acara itu rampung, banyak orang—termasuk 250 warga negara asing—memilih bertahan di sana.

Ditengarai beberapa di antara mereka mengidap Covid-19, yang kemudian menular ke sesama peserta dan menyebar ke seantero India.

Salah satu anggotanya, Waseem Ahmed, mengatakan kepada BBC Hindi, bahwa ratusan delegasi meninggalkan lokasi sebelum karantina wilayah alias lockdown diberlakukan pada 24 Maret.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI