Berdiri enam tahun silam, Comfasion (Community Faith Support Organization) yang berpusat di Virgina, mempunyai misi mendampingi dan membantu mualaf dalam perjalanan mereka mengenal Islam seutuhnya. David dan Sakina termasuk yang meminati dan menghadiri kegiatan yang diselenggarakan organisasi ini.. Dengan adanya berbagai pembatasan semasa pandemi ini, Comfasion melakukan beberapa penyesuaian dalam program regulernya. Pertemuan sebulan sekali, kata Saroh Thomas, salah seorang pendiri yang juga ketuanya.
"Otomatis pertemuan nggak ada tapi akhirnya kelas online makin banyak. Tadinya cuma tiap minggu sekarang ini malah rencananya ada tiga kelas. Jadi makin banyak karena Zoom lebih luas capaiannya," ujarnya.
Agar para mualaf tidak merasa sendiri, Saroh juga menyempatkan diri bertegur sapa dengan menelepon atau mengirimi mereka SMS. Khusus untuk Ramadan kali ini, ia menyiapkan kegiatan mengirim makanan berbuka juga hadiah Idul Fitri untuk mereka.
Sakina merasa organisasi semacam Comfasion berperan penting dalam masa di mana orang harus tinggal di rumah. Bertegur sapa melalui telepon, berpartisipasi dalam kelas-kelas pengajian online sesama mualaf dengan bimbingan ustaz, membuatnya merasa terhubung dengan komunitas Muslim. Namun, tambah Sakina, setiap mualaf sendiri memang harus berusaha berkomunikasi dengan sesamanya untuk mengurangi perasaan kesepian mereka sebagai mualaf.
Seperti juga yang dikatakan David, Ramadan kali ini adalah ujian bagi semua Muslim dan menjadi bahan perenungan, apakah kondisi seperti ini jadi alasan untuk membatasi atau untuk meningkatkan ibadah mereka.
Mualaf adalah bagian sangat kecil dari warga Muslim Amerika. Pada tahun 2018, sekitar 3,45 juta orang, atau sekitar 0,8 persen dari total populasi Amerika adalah Muslim. Namun menurut survei Pew Research Center, Islam masih menjadi agama yang berkembang paling pesat di AS.